JAKARTA, KOMPAS.com - BNI Syariah mencatatkan rasio pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF) pada semester l 2016 sebesar 2,8 persen.
Angka tersebut naik jika dibandingkan dengan NPF di periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 2,4 persen.
Direktur Utama BNI Syariah, Imam Teguh Saptono mengatakan, segmen kredit komersial menyumbang NPF terbesar hingga 1,8 persen.
"Penyumbang NPF terbesar dari kredit komersial, angkanya sampai 1,8 persen," ujar Imam di Jakarta, Kamis (28/7/2016).
Imam menuturkan, meski NPF periode ini meningkat dibandingkan periode tahun sebelumnya, namun angka tersebut masih jauh dari NPF industri perbankan syariah sebesar 5,3 persen.
"Meski NPF kami naik, tetapi ini masih dibawah NPF industri perbankan syariah," imbuh Imam.
Adapun strategi perseroan untuk menekan NPF yakni melakukan pengkajian ulang kredit-kredit nasabah dan menyeleksi laporan keuangan kreditur yang ingin kembali mengajukan pinjaman.
"Kami meminta untuk perusahaan atau perorangan (kreditur) menyampaikan laporan keuangannya, sehingga kami bisa menentukan apakah layak untuk diberikan lagi pinjaman atau tidak," pungkas Imam.
Sekadar informasi, total pembiayaan perseroan sebesar Rp 18,98 triliun, sebagian besar merupakan pembiayaan konsumer sebesar 52,96 persen, disusul pembiayaan ritel produktif sebesar 22,78 persen, pembiayaan komersial sebesar 16,38 persen, pembiayaan mikro sebesar 5,77 persen dan kartu pembiayaan Hasanah Card sebesar 2,11 persen.