Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Komentar Bos Optik Tunggal Terkait "Tax Amnesty" dan Sri Mulyani

Kompas.com - 04/08/2016, 13:30 WIB
Aprillia Ika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Direktur PT Optik Tunggal Michael Kurniawan, memaparkan pendapatnya mengenai amnesti pajak yang sedang berlaku di Indonesia. Optik Tunggal adalah optik papan atas di Indonesia, yang menyasar segmen menengah atas.

Dalam kesempatan wawancara terbatas dengan sejumlah media di Jakarta, Rabu (3/8/2016), pemilik Optik Tunggal tersebut mengatakan bahwa dia berharap program pengampunan pajak yang digaungkan pemerintah bisa berjalan lancar.

Sebab, akan ada banyak uang yang mengalir ke Indonesia dari program repatriasi dana dengan tebusan mulai dua persen.

"Dana-dana itu akan meningkatkan kemampuan pemerintah untuk membangun apa yang diperlukan bagi kemajuan perekonomian," kata dia.

Dengan demikian, perekonomian Indonesia akan menjadi lebih baik dan target pertumbuhan ekonomi sebesar enam persen akan tercapai.

"Jika perekonomian naik, daya beli naik, maka bisnis ritel di optik juga ikut naik seiring kesadaran masyarakat menggunakan kacamata dengan lensa teknologi tinggi," lanjutnya.

Dia mengestimasi, pada tahun depan perekonomian Indonesia akan membaik. "Untuk tax amnesty itu, yang ditakutkan kalangan pengusaha yakni ketidakpastian komitmen pemerintah," tambah dia.

"Jika saat ini aturannya begini, nanti ganti presiden beda lagi. Nah, ini yang pengusaha takutkan, sebab dana repatriasi harus mengendap tiga tahun. Kalau ada kejadian seperti 2008 bagaimana?"

Sri Mulyani

Michael mengatakan, faktor Sri Mulyani sebagai menteri keuangan yang baru menggantikan Bambang Brodjonegoro pasca-reshuffle kabinet jilid II belum mampu meyakinkan pengusaha untuk melakukan repatriasi dana.

Sri Mulyani, kata Michael, memang memiliki talenta luar biasa dan diakui di dunia, bahkan berkarier di World Bank.

Tetapi, apakah Sri Mulyani bisa menjamin exchange rate yang baik? Sebab itulah yang pengusaha khawatirkan.

Misal, pengusaha yang merepatriasi dananya dalam dollar Singapura. Jika masuk ke Indonesia, akan berganti rate, misal jadi Rp 1.000 per dollar Singapura. Nah, uang itu tidak boleh bergerak selama tiga tahun.

"Penahanan tiga tahun itu bikin khawatir. Sebab di 2008 dollar Singapura dari level Rp 3.000 jadi level Rp 18.000 dalam waktu dekat," kata dia.

Selain itu, instrumen penyerap dana repatriasi juga kemungkinan belum terlalu variatif, sehingga pengusaha masih pikir-pikir untuk merepatriasi dananya. "Soal itu ada," katanya.

Michael mengatakan, secara keseluruhan perekonomian di 2015 kemarin masih lebih baik ketimbang perekonomian tahun ini bagi bisnisnya. Namun hal itu tidak menghentikan ekspansi gerai Optik Tunggal hingga beberapa tahun mendatang.

Perusahaan yang berdiri sejak 1929 ini berencana membangun 25 toko jenis experience store Carl Zeiss dan toko Optik Tunggal dalam lima tahun mendatang.

Kompas TV Warga Serbu Kacamata Gerhana Matahari Total


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

IHSG Turun 34 Poin, Rupiah Melemah di Awal Sesi

IHSG Turun 34 Poin, Rupiah Melemah di Awal Sesi

Whats New
Harga Emas Dunia Menguat Usai Rilis Data Pertumbuhan Ekonomi AS

Harga Emas Dunia Menguat Usai Rilis Data Pertumbuhan Ekonomi AS

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Whats New
Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Whats New
Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com