GRESIK, KOMPAS.com – Selama Juli 2016, Provinsi Jawa Timur (Jatim) mengalami inflasi sebesar 0,76 persen atau mengalami kenaikan sebesar 0,16 persen, jika dibanding inflasi yang terjadi pada bulan sebelumnya, yang hanya tercatat pada angka 0,60 persen.
Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, wilayah di Jatim yang mengalami inflasi tertinggi adalah kota Madiun, yang tercatat sebesar 0,85 persen. Diikuti Kota Surabaya sebesar 0,83 persen, dan kemudian kota Kediri sebesar 0,78 persen.
Sementara Kota Malang mengalami inflasi sebesar 0,78 persen, Kabupaten Sumenep dan Kota Probolinggo masing-masing tercatat sebesar 0,63 persen, serta Kabupaten Banyuwangi tercatat sebesar 0,43 persen.
“Untuk inflasi terendah, terjadi di Kabupaten Jember yang hanya tercatat sebesar 0,42 persen,” ujar Kepala BPS Jatim Teguh Pramono, Kamis (11/8/2016).
Peningkatan inflasi di beberapa daerah yang ada di Jatim, jelas Teguh, lantaran persiapan masyarakat menjelang Lebaran yang terjadi pada bulan tersebut, yang menyebabkan kenaikan harga pada sejumlah komoditas.
Dengan beberapa komoditi yang memicu terjadinya inflasi di antaranya, daging ayam ras, bawang merah, angkutan antar kota, angkutan udara, teh manis, emas perhiasan, apel, kentang, cabai rawit, serta tarif listrik.
“Meski demikian, masih ada beberapa yang harganya terkendali dan mampu menghambat terjadinya inflasi. Yakni, telur ayam ras, besi beton, nangka muda, telepon seluler, semen, tomat sayur, jagung manis, sawi hijau, minyak goring, dan melon,” terangnya.
Teguh pun menambahkan, jika hal yang mempengaruhi harga komoditi tersebut terkendali adalah, stok yang mencukupi, serta tidak terjadi kenaikan permintaan yang signifikan terhadap komoditi tersebut.