Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dirjen Pajak dan Pesan WhatsApp Pukul 04.00 Subuh

Kompas.com - 21/08/2016, 17:30 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Keriuhan Grand Ballroom Kempinski Jakarta mulai surut sebelum pria kelahiran Malang pada 8 November 1957 silam itu dipanggil naik ke panggung.

Ia adalah salah satu pembicara utama dalam seminar yang digelar di lantai 11 West Mall Grand Indonesia itu.

"Kepada Bapak Ken Dwijugiasteadi, kami persilakan maju ke panggung," kata perempuan yang didaulat menjadi pembawa acara, melalui pengeras suara.

Ken yang merupakan Direktur Jenderal Pajak langsung beranjak dari tempat duduknya di barisan paling depan.

Namun, saat kakinya melangkah, tidak ada sambutan berarti dari ratusan orang yang ada di ruangan itu.

Suasana sempat hening beberapa detik, sebelum akhirnya pembawa cara kembali berbicara di mikrofon yang ada di depannya.

"Tepuk tangannya, Bapak, Ibu," ucap pembawa acara yang lantas disambut tepuk tangan meriah dari hadirin.

Di balik guyon

Bukan Ken namanya kalau tidak guyon. Setelah memberikan salam, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya cukup membuat orang tersenyum.

"Kalau bicara pajak, biasanya orang bilang, 'Ah pajak lagi, pajak lagi'. Nggilani (jijik) kalau kata orang Malang," ujar Ken ceplas-ceplos khas Jawa Timur.

Sore itu, seminar yang digelar oleh salah satu bank badan usaha milik negara (BUMN) ini mengangkat tema "Amnesti dan Investasi Properti".

Ken yang sedang gencar menyosialisasikan kebijakan amnesti pajak menggunakan kesempatan itu untuk mengajak para nasabah bank BUMN tersebut ikut program amnesti pajak.

"Di pajak ini enggak ada yang salah, hanya lupa. Kalau lupa boleh. Namun, kalau lupa terus-terusan namanya pikun," ucap ia disambut tawa sekitar 920 orang yang hadir dalam ruangan itu.

Dirjen Pajak menjamin kerahasiaan identitas wajib pajak yang mengikuti program amnesti pajak.

Jadi, kata Ken, para wajib pajak tidak perlu takut kekayaannya terungkap ke publik. "Kalau orang kaya sekali biasanya enggak mau disebut orang kaya. Nah yang pas-pasan seperti saya ini ngakunya kaya, padahal dari dulu pas-pasan," tutur Ken yang kembali membuat tawa.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com