Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

YLKI Setuju Rokok Naik, sebab Petani Tembakau dan Buruh Rokok Lebih Banyak Jadi 'Korban'

Kompas.com - 29/08/2016, 07:04 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengomentari wacana kenaikan harga rokok hingga Rp 50.000 per bungkus. Menurut dia, jika hal itu terjadi, yang akan menjadi korban justru petani tembakau dan buruh rokok. 

"Petani tembakau lebih banyak jadi korban daripada diuntungkan. Fakta empiriknya, yang selama ini dipinggirkan dan paling buruk haknya adalah para buruh rokok dan petani tembakau. Ini data statistik yang bicara, data negara," jelas Tulus dalam diskusi "Harga Rokok Naik untuk Siapa" di Jakarta, Sabtu (27/8/2016).

Tulus menuturkan alasan mengapa YLKI terus menyerukan program anti rokok dan menyetujui kenaikan harga rokok.  Menurut dia, yang menjadi persoalan adalah terpuruknya petani tembakau dan buruh rokok. Bukan masalah kebijakan di level lokal atau nasional dan juga bukan pada kenaikan tarif cukai. 

"Yang merusak adalah impor tembakau. Bukan aturan level lokal atau nasional tetapi dominannya impor yang membuat rusak. Produksi rokok nasional 299 miliar batang per tahun tapi 60 persen tembakau impor," jelasnya.

Tulus mengatakan, produksi rokok meningkat. Namun di saat yang sama, industri-industri rokok kecil gulung tikar karena tidak mampu bersaing dengan industri rokok besar dengan kekuatan modal dan iklan.

Menurut dia, lonceng 'kematian' buruh rokok adalah karena konversi dari manusia ke mesin serta kebijakan impor tembakau.

"Tragisnya, keuntungannya diperoleh pihak luar negeri. Datangkan tembakau impor, diproduksi di sini, keuntungan diekspor ke luar, lalu 'penyakitnya' ditinggal di sini dan ditanggung BPJS," papar Tulus.

Terkait wacana kenaikan cukai rokok, Tulus menjelaskan, kenaikan cukai rokok tidak dapat dikaitkan dengan daya beli masyarakat. Sebab sebagai barang kena cukai, rokok bukanlah barang kebutuhan penting seperti halnya sembako.

"Kalau wacana kenaikan cukai sekalipun berapapun persennya itu sama sekali tidak benar kalau mempertimbangkan daya beli konsumen karena rokok tidak bisa dikaitkan dengan daya beli, ini bukan sembako. Ini adalah paradigma sesat pikir," pungkas Tulus.

Kompas TV Petani Tembakau Tolak Kenaikan Harga Rokok

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Harga Emas Dunia Melemah Seiring Meredanya Konflik Timur Tengah

Harga Emas Dunia Melemah Seiring Meredanya Konflik Timur Tengah

Whats New
IHSG dan Rupiah Melemah di Awal Sesi

IHSG dan Rupiah Melemah di Awal Sesi

Whats New
Terinspirasi Langkah Indonesia, Like-Minded Countries Suarakan Penundaan dan Perubahan Kebijakan EUDR

Terinspirasi Langkah Indonesia, Like-Minded Countries Suarakan Penundaan dan Perubahan Kebijakan EUDR

Whats New
Manfaat Rawat Inap Jadi Primadona Konsumen AXA Financial Indonesia

Manfaat Rawat Inap Jadi Primadona Konsumen AXA Financial Indonesia

Whats New
Kemenko Marves: Prabowo-Gibran Bakal Lanjutkan Proyek Kereta Cepat sampai Surabaya

Kemenko Marves: Prabowo-Gibran Bakal Lanjutkan Proyek Kereta Cepat sampai Surabaya

Whats New
Layani Angkutan Lebaran Perdana, Kereta Cepat Whoosh Angkut 222.309 Penumpang

Layani Angkutan Lebaran Perdana, Kereta Cepat Whoosh Angkut 222.309 Penumpang

Whats New
Laba Unilever Naik 3,1 Persen Menjadi Rp 1.4 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Unilever Naik 3,1 Persen Menjadi Rp 1.4 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
IHSG Diprediksi Menguat Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Diprediksi Menguat Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Imbal Hasil Obligasi Meningkat, Wall Street Ditutup Bervariasi

Imbal Hasil Obligasi Meningkat, Wall Street Ditutup Bervariasi

Whats New
Simak 5 Tips Raih 'Cuan' dari Bisnis Tambahan

Simak 5 Tips Raih "Cuan" dari Bisnis Tambahan

Whats New
Unilever Ungkap Dampak Boikot Produk pada Keberlangsungan Bisnis

Unilever Ungkap Dampak Boikot Produk pada Keberlangsungan Bisnis

Whats New
Daftar 7 Mata Uang Eropa dengan Nilai Tukar Terkuat

Daftar 7 Mata Uang Eropa dengan Nilai Tukar Terkuat

Whats New
Tingkatkan Layanan, Shopee Luncurkan Program Garansi Tepat Waktu

Tingkatkan Layanan, Shopee Luncurkan Program Garansi Tepat Waktu

Whats New
Kurs Mata Uang Vietnam ke Rupiah Sekarang

Kurs Mata Uang Vietnam ke Rupiah Sekarang

Whats New
[POPULER MONEY] Kata DHL soal Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta | Tesla Bakal PHK 2.688 Karyawan

[POPULER MONEY] Kata DHL soal Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta | Tesla Bakal PHK 2.688 Karyawan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com