NEW YORK, KOMPAS.com - Harga minyak dunia terus mengalami pelemahan pada Selasa (30/8/2016) waktu setempat. Penyebabnya adalah penguatan kurs dollar AS dan pernyataan resmi Iran bahwa negara tersebut berencana menggenjot produksi minyak.
Perkembangan tersebut melengkapi sentimen pasar yang memprediksi pertemuan informal Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) bersama dengan Rusia bulan depan tidak akan membuat harga minyak semakin menguat.
Di New York, acuan harga minyak AS West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober 2016 turun 63 sen. Dengan demikian, harga minyak WTI diperdagangkan pada 46,35 dollar AS per barrel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, acuan harga minyak Eropa North Sea Brent untuk pengiriman Oktober 2016 turun 89 persen. Dengan demikian, harga minyak Brent diperdagangkan pada posisi 48,37 dollar AS per barrel di London Intercontinental Exchange.
Sebelumnya, harga minyak dunia mengalami reli pada bulan Agustus 2016. Ini sejalan dengan harapan bahwa Rusia dan OPEC dapat sepakat untuk membatasi produksi pada pertemuan di Aljazair pada 26 sampai 28 September 2016 mendatang.
Kantor berita Iran melaporkan bahwa Menteri Energi Bijan Zangeneh menyatakan negaranya berencana meningkatkan produksi minyak. Tujuannya adalah untuk merebut kembali pangsa pasar pasca pencabutan sanksi internasional.
Iran telah berjuang meningkatkan produksi menjadi di atas empat juta barrel per hari sejak sanksi dicabut pada awal 2016. Saat ini, Iran dilaporkan memproduksi 3,8 juta barrel minyak per hari.