KOMPAS.com - Lebih setahun silam, Harian Kompas edisi 10 Juni 2015, mengingatkan kembali ihwal pentingnya ketahanan pangan Indonesia. Salah satu catatan penting yang mengemuka adalah langkah-langkah strategis teknis yang harus dibuat dan dilaksanakan terkait Peraturan Presiden Nomor 22/2009 tentang kebijakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal. Kebijakan itu menekankan bahwa pengembangan pangan lokal bakal mengurangi ketergantungan Indonesia dari impor dan memberdayakan sumber pangan lokal yang sangat variatif. Pada akhirnya, hal tersebut akan meningkatkan status gizi masyarakat dan ketahanan bangsa. Untuk mencapai kemandirian pangan dibutuhkan tidak hanya perubahan pola konsumsi, tetapi juga perubahan cara pandang dari pemerintah dan masyarakat.
Berangkat dari catatan itu, sebagaimana informasi tertulis dari PT Indofood Sukses Makmur Tbk (Indofood) hari ini, pesan bahwa pangan berbasis potensi dan kearifan lokal harus terus dikumandangkan. Pesan itu, salah satunya, termaktub dalam 58 proposal penelitian bidang pangan mahasiswa strata 1 (S1) yang mendapat bantuan dana penelitian dari Indofood. Program itu dikemas dengan nama Program Indofood Riset Nugraha (IRN) 2016-2017. Tema yang diusung adalah Mencerdaskan Bangsa melalui Kemandirian Pangan Berbasis Potensi dan Kearifan Lokal.
Sejak awal diluncurkan pada Mei 2016, proposal penelitian yang diajukan berjumlah 148 proposal. Walaupun ada penurunan pada jumlah proposal yang masuk dalam program tahun ini, Indofood tetap berupaya untuk meningkatkan kualitas penelitian. Menurut Ketua Program IRN Suaimi Suriady, pihaknya menyertakan coaching clinic bagi mahasiswa di wilayah Indonesia Timur. "Ada potensi pengembangan sumber daya pangan di daerah tersebut, khususnya pangan laut," tutur Suaimi.
Tak hanya itu, IRN juga memberikan leadership camp kepada penerima dana IRN untuk meningkatkan kualitas hasil penelitian. Melalui program ini mahasiswa yang tergabung dalam program IRN akan mendapatkan materi tentang norma atau falsafah pelaksanaan penelitian, pengumpulan dan analisis data penelitian serta kiat melakukan publikasi hasil penelitian.
Sementara itu, ketua tim pakar IRN, Prof. DR. Ir FG Winarno mengatakan banyak potensi pangan berbasis sumber daya laut yang dapat dioptimalkan mengingat luasnya lautan mencapai sekitar 70 persen wilayah Indonesia. Indonesia juga merupakan wilayah Mega-Biodiversity terbesar di dunia yang memiliki berbagai spesies ikan, rumput laut dan terumbu karang.
Tahun ini ada 21 mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia Timur berhasil lolos dalam program IRN. Kedua puluh satu mahasiswa ini bergabung bersama dengan 58 mahasiswa lainnya yang berasal dari 24 perguruan tinggi baik negeri maupun swasta di Indonesia. Mereka telah melalui tahapan seleksi baik administrasi yang dilakukan oleh sekretariat panitia maupun seleksi substansi yang dilakukan oleh tim pakar program IRN.
Selain komoditas perikanan dan kelautan, ada berbagai komoditas darat lain yang menjadi fokus penelitian yakni gandum, jagung, pisang, singkong, kelapa sawit, kentang, kedelai, beras merah, kacang hijau, dan susu. Para peserta program IRN dapat melakukan penelitian maksimal dalam waktu satu tahun. Audit terhadap penelitian dilakukan oleh Tim Pakar IRN dalam dua tahap. Audit I adalah untuk memonitor perkembangan penelitian sekaligus mengevaluasi. Audit tahap II dilaksanakan sebelum laporan akhir penelitian.
Kemudian, General Manager Corporate Communications Indofood, Stefanus Indrayana, mengajak para mahasiswa memunculkan pemikiran-pemikiran kreatif dan positif dalam menghasilkan riset-riset unggulan yang mampu diaplikasikan dan bermanfaat bagi masyarakat banyak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.