BAWEN, KOMPAS.com - Sejak harga komoditas terus merosot sejak 2014, seluruh sektor usaha perkebunan di Indonesia sedang mengalami masa-masa sulit, bahkan bisa dibilang tengah mengalami masa berduka.
Administratur PT Perkebunan Nusantara (PTPN IX) Kebun Ngobo, Pudji Lestari mengatakan kondisi ini sebenarnya sudah diantisipasi oleh perseroan dengan terus berupaya meningkatkan daya saing komoditi utama seperti karet, teh dan kopi serta melakukan program efisiensi.
"Pada saat ini seluruh perkebun se Indonesia sedang berduka, karena sejak tahun 2014 harga karet dunia anjlok. Sebelumnnya harganya bagus mencapai Rp 40.000 per kilogram, saat ini hanya Rp 21.000 per kilogram. Padahal harga pokoknya saja sudah sampai diangka Rp 22 ribu, sehingga hitung-hitungannya sudah jatuh," ujarnya, Selasa (13/9/2016).
Mengacu pada prediksi para ekonom, PTPN IX juga telah menyiapkan komoditi alternatif yang akan tumbuh menjadi komoditi unggulan yaitu tanaman kayu.
Menurut Pudji, tanaman kayu sebagai buffer atau penyangga telah disiapkan sejak tahun 2009 melalui program "optimalisasi lahan".
Populasi tanaman kayu yang sudah ditanam sejak tahun 2009 doleh PTPN IX sebanyak 2 juta pohon, terdiri dari pohon sengon, jabon, mahoni, miopsis, suren dan jati.
Pada saat ini luas areal kayu yang dibudidayakan adalah 2.262,63 hektare. Potensi pengembangan kayu ini akan mampu memberikan pendapatan lima tahun kedepan sebesar Rp 294,2 miliar.
Program jangka panjang ini akan diberi tagline dengan "Program Sukses Kayu" dengan sasaran 5 tahun kedepan akan memberikan kontribusi pendapatan 150 miliar per tahun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.