Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bambang P Jatmiko
Editor

Penikmat isu-isu ekonomi

Mario Teguh dan Ironi Masyarakat Urban

Kompas.com - 14/09/2016, 06:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

Tuhan,
perpanjanglah daya tahanku untuk memikul beban kehidupan ini, jauhkanlah aku dari rasa putus asa, bantulah aku menemukan sumber rezeki yang besar dan lancar.

Tuhan, aku sudah rindu sejahtera.
Mohon sejahterakanlah aku.

Aamiin.

(Mario Teguh)

Status doa yang terpampang pada timeline Facebook motivator kondang itu memang terasa sangat mewakili kondisi keseharian kaum urban, yang selalu dihadapkan pada persoalan karier, cinta, cita-cita, jati diri, hingga masalah spiritual.

Adalah kaum urban, yang selalu berusaha mencari makna hidup di tengah hubungan fungsional yang tercipta dari rutinitas harian yang dihadapi.

Tekanan pekerjaan sehari-hari ditambah dengan tuntutan untuk tetap survive di tengah ketatnya persaingan, membuat sebagian besar kaum urban merasa terasing.

Kerja berangkat pagi, pulang larut malam. Tidur beberapa jam, berangkat kerja lagi ke tempat kerja, membuat sebagian besar masyarakat urban merasa dirinya sebagai mesin. Mekanis. Tak ada kesempatan untuk menikmati dan memaknai hidup.

Mereka juga merasa kesepian di tengah hiruk pikuk kota. Merasa tak berharga meskipun gaji selangit. Hidup terasa stagnan.

Karenanya tak heran banyak orang kota yang menjadi super sensitif, gampang marah, mudah tersinggung, baper, hilang motivasi, yang ujung-ujungnya membuat mereka merasa tak bahagia.

Industrialisasi dan urbanisasi telah membuat masyarakat urban kehilangan nilai-nilai tradisional, seperti kekeluargaan, kebersamaan, cinta, religiusitas dan sebagainya, yang sebelumnya dipegang.

Individualisme telah meluruhkan ikatan sosial dan kultural, yang mendorong mereka berusaha melakukan pencarian nilai-nilai yang hilang itu.

Ironi inilah yang pada akhirnya membuat masyarakat urban mencari "pelarian" yang memungkinkan mereka bisa lepas dari beragam masalah yang mereka hadapi tiap hari, meski sifatnya hanya sesaat. 

Bagi pelaku industri, kegetiran yang dirasakan masyarakat urban adalah sebuah peluang yang menjanjikan. Kondisi di mana ceruk pasar terbuka lebar yang siap dieksploitasi menjadi pundi-pundi keuntungan.

Industri motivasi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com