Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Darmin Klaim "Tax Amnesty" Jadi Penyebab Rupiah Menguat hingga Rp 12.000

Kompas.com - 27/09/2016, 19:18 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengklaim menguatnya nilai mata uang rupiah terhadap dollar AS disebabkan keberhasilan program amnesti pajak atau tax amnesty.

"Dengan makin baiknya hasil tax amnesty, itu arahnya pasti ke sana. Makanya rupiah dapat menguat," ujar Darmin di Kompleks Istana Kepresidenan, Selasa (27/9/2016).

Darmin mengaku tak terkejut dengan menguatnya rupiah. Ia sudah memprediksinya sejak Agustus 2016.

"Saya malah menganggap itu sudah sejak awal bulan lalu," ujar Darmin.

Selain penguatan rupiah, Darmin juga yakin penguatan juga akan terjadi pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Nilai tukar rupiah menguat cukup signifikan terhadap dollar AS pada perdagangan hari ini, Selasa.

Meski dalam Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) masih dalam kisaran Rp 13.027 per dollar AS, di pasar spot, rupiah sudah mencapai Rp 12.936 per dollar AS.

Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede menjelaskan, posisi rupiah pada hari ini merupakan level terendahnya selama 2016.

Adapun penyebabnya adalah pelemahan indeks dollar AS yang menyatakan kinerja dollar AS terhadap mata uang utama setelah komentar Gubernur Bank of Japan yang mendukung penguatan mata uang yen.

"Di samping itu, dollar AS melemah juga didorong ketidakpastian jelang debat capres AS yang pertama," kata Josua ketika dihubungi Kompas.com, Selasa.

Kompas TV Dampak Brexit Reda, Kurs Rupiah Kembali Menguat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com