Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Tengah Gejolak Perekonomian Global, Bagaimana Ketahanan Rupiah?

Kompas.com - 30/09/2016, 16:57 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam beberapa waktu terakhir, nilai tukar rupiah cenderung menguat. Bahkan, kinerja rupiah termasuk yang kinerjanya paling baik di Asia saat ini.

Akan tetapi, rupiah pada dasarnya masih rentan terhadap risiko naiknya suku bunga acuan AS. Selain itu, daya tahannya juga bergantung pada keberhasilan pemerintah menarik modal dari luar negeri.

Dalam laporannya, DBS Group Research menyebut, membaiknya kinerja rupiah ini terutama didukung oleh sejumlah faktor fundamental domestik.

Kepercayaan investor meningkat seiring perbaikan produk domestik bruto (PDB), yang telah kembali ke level 5 persen pada kuartal IV-2015. Tingkat inflasi yang turun ke 3 sampai 5 persen mulai November 2015 juga mendorong Bank Indonesia lima kali menurunkan suku bunga sepanjang 2016.

Investor asing pun telah meningkatkan kepemilikan obligasi negara menjadi 5,4 persen terhadap PDB pada semester I-2016, dari 4,8 persen pada akhir 2015.

Selain itu, defisit neraca transaksi berjalan stabil di level 2,1 persen terhadap PDB pada kuartal IV-2015. Meski negatif, namun ada perbaikan neraca yang mengindikasikan tekanan terhadap ekspor sudah berkurang.

"Faktor-faktor ini yang memberikan kontribusi pada ketahanan rupiah selama periode volatilitas global tahun ini,” kata Philip Wee, ekonom senior DBS Group Research, dalam risetnya, Jumat (30/9/2016).

DBS Group Research memandang kerentanan likuiditas Indonesia memang sudah berkurang dibandingkan sebelumnya. Akan tetapi, rencana kenaikan suku bunga AS tetap bisa mempengaruhi pergerakan rupiah ke depan. Faktor risikonya terutama berasal dari utang luar negeri yang terus meningkat serta cadangan devisa yang masih rendah.

“Tekanan jual terhadap rupiah dapat balik lagi jika utang luar negeri jangka pendek dan defisit transaksi berjalan memburuk lagi,” ujar Wee.

Salah satu andalan dalam jangka pendek adalah program amnesti pajak yang ditargetkan dapat menarik dana repatriasi hingga Rp 1.000 triliun.

Selain untuk meningkatkan penerimaan negara dan membiayai proyek infrastruktur, keberhasilan program amnesti pajak sekaligus akan memperbaiki kredibilitas fiskal pemerintah.

Jika berhasil, Wee menilai peringkat utang Indonesia bisa naik ke level layak investasi, “investment grade” dari Standard & Poor’s. Hal itu juga dapat menjaga daya tahan rupiah terhadap terpaan volatilitas global dan kenaikan suku bunga AS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com