Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Darmin: Belum Tentu Impor Bikin Harga Gas Industri Lebih Murah

Kompas.com - 11/10/2016, 22:14 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution tidak sependapat dengan Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Luhut Binsar Pandjaitan yang mengatakan mengimpor gas alam cair untuk diregasifikasi di dalam negeri, akan menghasilkan harga gas yang lebih murah.

“Enggak (bikin lebih murah). Belum tentu,” kata Darmin dikonfirmasi wartawan usai rapat koordinasi terkait harga gas untuk industri, di Jakarta, Selasa (11/10/2016).

Darmin mengakui banyak kompleksitas masalah yang harus diselesaikan untuk memenuhi permintaan Presiden Joko Widodo, yaitu harga gas untuk industri maksimal 6 dollar AS per MMBTU.

Mantan Gubernur Bank Indonesia itu pun menyampaikan pekan depan pemerintah kembali akan membahas langkah penurunan harga gas untuk industri.

Sementara itu, Plt Menteri ESDM Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, ada opsi pembagian zonasi distribusi gas.

Gas di timur Indonesia akan diperuntukkan bagi industri yang ada di wilayah timur. Demikian juga dengan yang ada di zona tengah, dan barat Indonesia.

Akan tetapi, apabila industri pengguna gas jauh dari tempat suplai gas, maka opsi impor akan dilakukan.

Luhut pun mengatakan, pemerintah siap untuk membuat regulasi impor gas. “Lagi dikaji impornya. Bisa dari Brunei, Malaysia atau Timur Tengah. Nah gas yang ada di Indonesia timur bisa diekspor,” ucap Luhut.

Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, Askolani usai rapat mengatakan, semua opsi masih dikaji, termasuk perlu tidaknya perubahan kontrak jual-beli gas yang eksisting.

Askolani menambahkan, gas domestik yang tidak terserap industri sebaiknya dialirkan ke PLN.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com