Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membangun Perekonomian Miangas Melalui Bandar Udara

Kompas.com - 17/10/2016, 19:30 WIB
Aprillia Ika

Penulis

MANADO, KOMPAS.com - Pemerintah Indonesia giat membangun infrastruktur bandar udara di daerah perbatasan, pulau terluar, pulau terisolir dan daerah terdalam dalam rangka memperkuat konektivitas, pertahanan, serta distribusi pangan dan jasa.

Salah satu wilayah terluar Indonesia, yakni Pulau Miangas, memperoleh manfaat dari pembangunan pemerintah di bidang hubugan udara, yakni dengan dibangunnya Bandar Udara Miangas. Pembangunan bandar udara di wilayah ini sudah dimulai sejak 2012 silam.

Bandar Udara Miangas selesai dibangun pada 2015. Pada tahun tersebut, nilai investasi yang digelontorkan pemerintah mencapai Rp 55 miliar. Jika dirunut sejak 2012, maka total investasi pembangunan Bandar Udara Miangas sudah mencapai Rp 215 miliar.

Bandar udara ini akan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada Rabu (19/10/2016) mendatang. Seperti diketahui, Presiden akan melaksanakan kunjungan ke Sulawesi Utara pada 18-19 Oktober mendatang.

Arti Penting Miangas

Nah, mengapa posisi Miangas strategis untuk dibangun sebuah bandar udara?

Direktur Jenderal Perhubungan Udara (Dirjen Hubud) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Suprasetyo menjelaskan, pembangunan bandar udara ini sangat strategis, sebab berada di perbatasan paling utara di Indonesia dan berbatasan langsung dengan Filipina. 

Bandar udara ini akan berfungsi sebagai sarana pertahanan dan keamanan. Serta sebagai sarana distribusi bahan pangan.

"Dengan hadirnya pesawat komersial yang masuk ke daerah ini, diharapkan perekonomian masyarakat Pulau Miangas akan meningkat. Dengan dibangun bandar udara, harapannya infrastruktur lain seperti untuk pariwisata dan telekomunikasi akan marak. Investor juga mau melirik," papar Suprasetyo kepada Kompas.com, Senin (17/10/2016).

Dia juga berharap, dengan pembangunan bandar udara ini maka distribusi logistik bisa dengan cepat sampai ke wilayah ini. Dengan demikian, bisa menekan harga jual barang dan jasa yang didistribusikan ke masyarakat.

"Dulu distribusi dengan kapal akan tergantung pada angin. Jika angin besar dan ombak tinggi, distribusi terhambat. Tetapi dengan pesawat udara, risiko itu bisa diminimalisir," kata dia. 

Bandar udara seluas 42 hektar ini bisa didarati pesawat jenis ATR dengan kapasitas 78 penumpang per pesawat. Juga untuk pesawat Kings Air dengan kapasitas 42 penumpang.

Targetnya, pesawat komersial bisa mendarat sebanyak tujuh kali seminggu, baik pesawat dari Manado atau dari Melonguane.

"Jika dulu dari Bintuni, Pulau Miangas bisa diakses dengan kapal dengan waktu tempuh sekitar 24 jam, kini dengan pesawat ATR, hanya perlu waktu tempuh kurang dari satu jam," lanjut dia.

Menurut Suprasetyo, program pembangunan bandar udara di wilayah terpencil seperti ini sesuai dengan semangat Nawacita dalam pemerintahan Joko Widodo. Jika nanti sudah berjalan dengan baik, ke depan Bandar Udara Miangas akan ditambah runway-nya agar pesawat jenis jet 737 bisa mendarat.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com