JAKARTA, KOMPAS.com - Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) Eko Listiyanto menilai, implementasi Nawacita yang digagas Pemerintahan Jokowi-JK masih jauh dari harapan.
Dilihat dari daya saing Indonesia di kancah global, berdasarkan data World Economy Forum 2016-2017, dalam dua tahun terakhir, peringkat global competitiveness index Indonesia menurun dari 34 ke 41 dari 113 negara.
"Seperti anak sekolah, kalau prestasi turun ya harus diperbaiki," ujar Eko di Jakarta, Kamis (20/10/2016).
Menurut Eko, pemburukan terutama disebabkan oleh aspek institusi, kesehatan dan pendidikan, inefisiensi pasar, ketersediaan tekhnologi, kecanggihan bisnis dan inovasi.
Selain itu, paket kebijakan ekonomi yang telah digagas pemerintah pun dinilai minim implementasi.
Tidak kurang dari 13 paket kebijakan telah ditebar guna mendongkrak kinerja perekonomian. "Sayangnya, pertumbuhan ekonomi tetap tidak mampu menunjukan akselerasi," ucap Eko.
Eko menyebut, dari segi peringkat, Indonesia kalah dengan India. India berada di posisi ke 39.
"Indonesia kalah dengan India jika melihat di data, padahal pengangkatan kepala negaranya sama dengan di Indonesia jangka waktunya," tutur Eko.
Terdapat empat poin penting yang menjadi sorotan INDEF yang mempengaruhi kalahnya daya saing Indonesia di kancah global.
Yakni, memburuknya peringkat daya saing global, paket ekonomi minim implementasi, kemudahan berbisnis tidak membaik dan peran industri manufaktur kian luntur.
"Indonesia ini yang besar hanya di marketnya saja, tetapi itu justru kondisi yang cocok untuk diserang produk-produk impor," tandas Eko.