Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penelitian dan Pengembangan di Industri Farmasi Masih Minim

Kompas.com - 04/11/2016, 07:30 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Industri farmasi di Indonesia belum berkembang. Bahkan untuk bahan baku saja mayoritas masih didatangkan dari luar negeri.

Menurut Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM, Azhar Lubis, sebanyak 90 persen bahan baku obat masih diimpor. Sebut saja bahan baku pembuatan paracetamol dan amoxicillin.

Salah satu kendala dalam pengembangan industri farmasi adalah kurangnya penelitian dan pengembangan atau research and development (RnD). Kegiatan RnD ini bukan hanya tanggungjawab swasta.

Menurut dia, pemerintah sebagai regulator semestinya bisa mendorong para investor untuk menanamkan dananya di bisnis hulu ini, melalui kebijakan penanaman modal.

"Sekarang bisa tidak kalau investor mau bangun RnD-nya saja?" kata Azhar.

Persoalannya, pola pikir pemerintah mengenai investasi utamanya asing yang masuk ke Indonesia itu, harus mampu menyediakan lapangan kerja bagi sebanyak-banyaknya angkatan kerja.

Dengan kata lain harus membangun pabrik atau industri pengolahannya. Padahal, dalam beberapa sektor usaha tidak selamanya nilai investasi yang besar, berbanding lurus dengan tenaga kerja yang terserap.

"Seperti RnD ini kan sumber daya manusianya yang hi-skill. Jadi, jangan mindset-nya padat karya terus," kata Azhar. "Kalau (mindset) begitu, ya (investasi) yang didorong garmen sama alas kaki saja." 

Azhar mengutip sebuah laporan mengatakan, investasi global di RnD untuk industri farmasi saat ini mencapai 80 miliar dollar AS. Sayangnya, Indonesia diakui masih sangat minim, yang dibuktikan dengan tingginya impor.

Tidak Berkembang

Kebijakan pemerintah yang kurang atraktif dinilai menjadi salah satu penyebab rendahnya minat investasi di industri farmasi. Hal itu dibuktikan dengan sedikitnya nilai investasi di industri farmasi lima tahun terakhir, yang hanya mencapai Rp 8,9 triliun.

Sementara itu, Direktur Pelayanan Kefarmasian Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Detti Yuliati mengatakan, jumlah industri farmasi di Indonesia masih sangat sedikit, hanya mencapai 214 perusahaan.

Detti mengatakan, dengan jumlah penduduk mencapai 257 juta, seharusnya Indonesia memiliki ribuan perusahaan di industri farmasi, dari hulu sampai hilir.

Kemenkes sendiri, telah mendorong pertumbuhan industri farmasi, melalui Peraturan Presiden (Perpres) nomor 72 tahun 2012.

Perpres tersebut diperkuat oleh Intruksi Presiden (Inpres) nomor 6 tahun 2016 dalam menyusun dan menetapkan rencana aksi untuk pengembangan industri farmasi dan alat kesehatan.

"Ini memang menjadi concern Kemenkes dalam meningkatkan ketersediaan obat, untuk mendorong industri farmasi dalam penyediaan obatnya," kata Detti.

Kompas TV Dinkes Luwu Sidak Vaksin di Instalasi Farmasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Whats New
Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com