Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Dipimpin Republiken yang Gemar Invasi Negara Lain, Ini Dampak ke Ekonomi RI

Kompas.com - 10/11/2016, 10:05 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Rakyat Amerika Serikat dalam pemilihan presiden memutuskan Donald Trump memenangi pesta demokrasi tersebut. Akan tetapi, tabiat Trump yang eksentrik dan kebijakan-kebijakannya yang dianggap banyak merugikan membuat keterpilihan Trump dipandang sebagai kabar buruk bagi banyak pihak.

Perekonomian merupakan salah satu sektor yang terpengaruh besar dari terpilihnya Trump. Kepala ekonom Samuel Asset Management, Lana Soelistianingsih, mengatakan, kemenangan Trump berpengaruh terhadap pelemahan kurs dollar AS.

Ini menyebabkan, investor mencari safe haven lain untuk menempatkan dananya. Karena dollar AS melemah, maka aset safe haven pilihan yang muncul adalah emas.

"Kalau emas meningkat harganya, biasanya harga komoditas lainnya juga akan meningkat, bahan tambang lainnya juga ikut meningkat. Kalau tambang lain meningkat, maka tentu akan banyak membantu Indonesia karena kita punya kemampuan ekspor yang cukup besar," ujar Lana di Jakarta, Rabu (9/11/2016).

Gemar invasi

Selain itu, Lana juga memperingatkan tentang hal yang harus dikhawatirkan. Ada kecenderungan presiden AS yang berasal dari Partai Republik beberapa kali melakukan invasi ke negara lain dan akhirnya membuat harga minyak mentah dunia naik.

Bagi Indonesia, kenaikan harga komoditas akan menguntungkan dalam jangka pendek. Namun, perlu diingat bahwa ketahanan energi Indonesia masih rendah, sementara konsumsi bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri tinggi.

"Harga minyak mentah naik, harga BBM juga naik. Kalau harga BBM naik, tentunya inflasi kita naik. Kalau harga komoditas naik, itu akan diikuti harga komoditas pangan yang naik. Kalau itu naik, inflasi double attack, baik dari makanan maupun bahan bakar," kata Lana.

Kalau kondisi tersebut terjadi, maka bisa saja target pemerintah untuk menjaga inflasi pada kisaran 4 persen di tahun 2017 bisa tidak tercapai. Lana memprediksi, bisa saja target itu meleset dan inflasi berada di atas batas tersebut.

"Kalau harga minyak mentah ke arah 65 dollar AS per barrel, inflasi mungkin bisa ke arah 6,5 persen. Ini perlu kehati-hatian. Artinya, antisipasi ke inflasi ini harus bagaimana karena ada potensi tadi, terkait harga bahan makanan, BBM yang akan naik," ujar Lana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Terinspirasi Langkah Indonesia, Like-Minded Countries Suarakan Penundaan dan Perubahan Kebijakan EUDR

Terinspirasi Langkah Indonesia, Like-Minded Countries Suarakan Penundaan dan Perubahan Kebijakan EUDR

Whats New
Manfaat Rawat Inap Jadi Primadona Konsumen AXA Financial Indonesia

Manfaat Rawat Inap Jadi Primadona Konsumen AXA Financial Indonesia

Whats New
Kemenko Marves: Prabowo-Gibran Bakal Lanjutkan Proyek Kereta Cepat sampai Surabaya

Kemenko Marves: Prabowo-Gibran Bakal Lanjutkan Proyek Kereta Cepat sampai Surabaya

Whats New
Layani Angkutan Lebaran Perdana, Kereta Cepat Whoosh Angkut 222.309 Penumpang

Layani Angkutan Lebaran Perdana, Kereta Cepat Whoosh Angkut 222.309 Penumpang

Whats New
Laba Unilever Naik 3,1 Persen Menjadi Rp 1.4 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Unilever Naik 3,1 Persen Menjadi Rp 1.4 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
IHSG Diprediksi Menguat Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Diprediksi Menguat Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Imbal Hasil Obligasi Meningkat, Wall Street Ditutup Bervariasi

Imbal Hasil Obligasi Meningkat, Wall Street Ditutup Bervariasi

Whats New
Simak 5 Tips Raih 'Cuan' dari Bisnis Tambahan

Simak 5 Tips Raih "Cuan" dari Bisnis Tambahan

Whats New
Unilever Ungkap Dampak Boikot Produk pada Keberlangsungan Bisnis

Unilever Ungkap Dampak Boikot Produk pada Keberlangsungan Bisnis

Whats New
Daftar 7 Mata Uang Eropa dengan Nilai Tukar Terkuat

Daftar 7 Mata Uang Eropa dengan Nilai Tukar Terkuat

Whats New
Tingkatkan Layanan, Shopee Luncurkan Program Garansi Tepat Waktu

Tingkatkan Layanan, Shopee Luncurkan Program Garansi Tepat Waktu

Whats New
Kurs Mata Uang Vietnam ke Rupiah Sekarang

Kurs Mata Uang Vietnam ke Rupiah Sekarang

Whats New
[POPULER MONEY] Kata DHL soal Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta | Tesla Bakal PHK 2.688 Karyawan

[POPULER MONEY] Kata DHL soal Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta | Tesla Bakal PHK 2.688 Karyawan

Whats New
Cara Transfer BNI ke ShopeePay lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke ShopeePay lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Cara Beli Tiket PLN Mobile Proliga 2024 lewat HP

Cara Beli Tiket PLN Mobile Proliga 2024 lewat HP

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com