Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menteri Perdagangan: Trump Jadi Presiden AS, Kita Tunggu Kabinet Ekonominya

Kompas.com - 11/11/2016, 15:23 WIB
Iwan Supriyatna

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dunia dibuat terkejut dengan terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat. Mengingat tak banyak pengamat politik ataupun lembaga survei yang memprediksi kemenangan miliarder kontroversial itu.

Calon presiden Partai Republik itu telah mengalahkan lawannya dari Partai Demokrat, yakni mantan Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton.

Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukito pun angkat bicara akan hal ini. Pengusaha properti ini mengaku masih menunggu susunan-susunan kabinet ekonomi dibawah kepemimpinan Trump.

"Kita akan tunggu adalah kabinet ekonominya, siapa yang akan duduk di menteri-menteri mereka. Disitu akan kelihatan warnanya," ujar Enggar di Jakarta, Jumat (11/11/2016).

Enggar hanya berharap, terpilihnya Trump sebagai orang nomor satu di AS mampu meningkatkan kerjasama perdagangan bilateral antar AS dan Indonesia.

"Yang kita harapkan itu hubungan kerja sama bisa meningkat di waktu yang akan datang, hubungan dagang itu diharapkan akan tetap berlanjut. Apalagi latarbelakang Trump sebagai pengusaha sama-sama properti seperti saya, kita berpikir dari kacamata usaha," terangnya.

Sekadar informasi, Trump membuat shock pendukung Hillary dengan meraih kemenangan meyakinkan di Wisconsin dan Pennsylvania yang selalu memilih capres Demokrat sejak Pilpres AS 1988.

Revolusi "Rust Belt" untuk Kemenangan Trump yang menjadi simbol terjadinya Revolusi Pekerja Berkerah Biru ("Blue Collar") ironisnya berbasis di “Blue Firewall” milik Hillary, yaitu di Pennsylvania, Wisconsin, dan Michigan.

Negara bagian yang sering disebut "Rust Belt States" ini didominasi oleh pemilih berkulit putih berkerah biru yang kebanyakan tidak berpendidikan ke jenjang universitas.

Pemilih ini adalah pemilih kelas pekerja yang terpikat oleh gaya retorik populis Trump yang mengecam globalisasi dan perdagangan bebas.

Faktor itu yang diyakini mengakibatkan mereka kehilangan pekerjaan, terutama di sektor manufaktur yang dialihdayakan ke luar AS. Demografi pemilih ini kebanyakan tinggal di kota kecil dan daerah pertanian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com