JAKARTA, KOMPAS.com — PT Wijaya Karya (Persero) Tbk terpilih sebagai pelaksana proyek pembangunan kilang Refinery Development Masterplan Program (RDMP) Refinery Unit (RU) V Balikpapan di tender yang dilakukan PT Pertamina (Persero).
Proyek tersebut ditargetkan tuntas dalam 12 bulan terhitung sejak ditandatanganinya kontrak.
Penandatanganan kontrak dilakukan pada Kamis (1/12/2016) oleh Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Rachmad Hardadi dan Direktur Operasi II Wika Bambang Pramujo dilakukan di kantor pusat Pertamina dan disaksikan oleh Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto.
Pelaksanaan Site Development & Construction Jetty yang berlokasi di dalam Kilang RU V Balikpapan ini merupakan milestone pertama proyek RDMP RU V Balikpapan, bertujuan untuk penyiapan lahan area pembangunan infrastruktur kilang seluas 75 hektar.
Proyek ini juga membangun construction jetty dengan ukuran 30 x 100 m dan kapasitas 6.500 DWT untuk keperluan bongkar muat peralatan kilang serta membangun prasarana jalan dan gedung serta peralatan marine.
"Kami mengharapkan agar proyek ini dapat dilaksanakan oleh Wika dengan aman, tepat waktu, tepat budget, dan tepat kualitas sehingga dapat on-time mendukung pembangunan secara fisik proyek RDMP RU V Balikpapan," ujar Rachmad di Jakarta, Kamis (1/12/2016).
Terkait dengan target penyelesaian proyek RDMP RU V Balikpapan, Rachmad juga mengatakan bahwa mechanical completion ditargetkan selesai pada akhir Juni 2019 dan commissioning dapat dilaksanakan mulai September 2019.
Kerja sama
Seperti diberitakan sebelumnya, Pertamina butuh dana sekitar 40 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 520 triliun untuk kurun waktu 10 tahun ke depan untuk mengembangkan dan membangun kilang. Oleh sebab itu, Pertamina membuka diri pada kerja sama dengan pihak swasta.
"Kami akan sangat terbuka kalau ada swasta mau bangun apakah di Arun, mau bangun di Sumatera dan sebagainya welcome saja. Nanti kami kerja sama sehingga potensi produksi nasional meningkat cukup tajam," ujar Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto, di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (13/7/2016).
Untuk memperoleh sejumlah pendanaan tersebut, pihaknya berencana menerbitkan surat utang dalam bentuk obligasi dan instrumen pinjaman lainnya. "Bisa obligasi, project loan, dan sebagainya," kata Dwi.