Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jonan Bakal Kirim Tim ke Timur Tengah agar Harga Listrik EBT Kompetitif

Kompas.com - 08/12/2016, 16:36 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan berencana mengirim tim ke Timur Tengah, tepatnya ke Uni Emirat Arab (UEA), untuk mempelajari bagaimana caranya negara produsen minyak tersebut bisa membuat listrik murah dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

Keingintahuannya itu didorong informasi yang ia peroleh dari Menteri Energi UEA Suhail Mohamed al Mazrouei, saat pertemuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), di Vienna beberapa waktu lalu.

Jonan mengatakan, anggota OPEC itu saat ini memproduksi minyak hingga 3 juta barrel per hari (bph), sedangkan konsumsi domestiknya di bawah lima persen dari produksinya.

Meski mampu memproduksi minyak bumi dalam jumlah besar, dan mencukupi kebutuhan dalam negerinya, ternyata UEA tetap mengembangkan pembangkit listrik dari energi baru terbarukan, salah satunya matahari.

"Saya tanya tarifnya berapa? 2,99 sen per kWh untuk kapasitas 150 megawatt (MW). Yang kedua kapasitas 200 MW, harganya 2,42 sen per kWh," kata Jonan saat membuka Diskusi Akhir Tahun Ketenagalistrikan: Kinerja 2016 dan Outlook 2017, di Jakarta, Kamis (8/12/2016).

Lebih lanjut, mantan Menteri Perhubungan itu mengatakan, UEA menargetkan pembangunan PLTS sebesar 5.000 MW. Diperkirakan, harga listriknya bisa mencapai 2,25 sen per kWh.

Jonan menyadari, dengan membandingkan harga listrik di UEA, pasti ada pihak yang beralasan daya absorbsi sinar matahari di Indonesia dan UEA berbeda. Akan tetapi, Jonan juga yakin seharusnya harga listrik dari PLTS tidak semahal yang ada saat ini di Indonesia.

"Jadi, sekarang saya mau kirim tim untuk melihat di sana, kenapa harganya bisa sekompetitif itu," ujar Jonan. Dalam diskusi yang sama, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IERS) Fabby Tumiwa mengatakan, banyak faktor yang membuat harga listrik dari PLTS di UEA sangat kompetitif.

"Tanahnya di sana sudah disediakan negara, bunga bank hanya 2 persen, lelangnya besar-besar 600 MW, 800 MW," ujar Fabby.

Dia menambahkan, harga yang disebutkan Jonan sampai 2,42 sen per kWh itu dikarenakan pengembang listrik memperhitungkan belanja modal dengan acuan harga teknologi 2018 yang diasumsikan lebih murah dari saat ini, dan pengirimannya pun pada 2020.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com