Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Kopi Mulai Terasa "Pahit"

Kompas.com - 09/12/2016, 14:57 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Harga kopi dalam beberapa pekan terakhir terus merosot. Padahal, selama beberapa bulan terakhir, harga komoditas tersebut bertahan di level tinggi.

Berdasarkan pengamatan Kontan, harga kopi yang diperdagangkan di ICE Futures Exchange Amerika Serikat (AS) pada 7 Desember 2016 ditutup pada level 1,41 dollar AS per kilogram (kg). Padahal, harga kopi dunia sempat menyentuh level 1,77 dollar AS per kg pada penutupan perdagangan tanggal 7 November 2016 lalu yang merupakan harga tertinggi sepanjang tahun ini.

Dari gambaran tersebut, harga kopi dunia telah melorot sebesar 20,33 persen dalam waktu sebulan.

Banyak faktor yang membuat harga kopi anjlok dalam waktu sebulan terakhir. Pertama, kenaikan nilai mata uang dollar AS terhadap mata uang lain dunia pasca-Donald Trump terpilih sebagai Presiden AS memicu pedagang kopi dunia melepas stok mereka. Apalagi, kenaikan nilai tukar didukung oleh harga kopi yang tinggi.

Dengan kondisi ini dapat ditebak bahwa harga kopi global segera melandai karena seketika pasokan kopi menjadi melimpah.

Kedua, harga kopi semakin jatuh dengan fakta bahwa negara produsen kopi utama dunia seperti Brasil, Vietnam, dan Indonesia memasuki musim hujan. Artinya, pasokan kopi ke depan bakal tetap terpenuhi karena tidak akan ada cerita kekeringan seperti terjadi akhir tahun lalu hingga awal tahun ini yang mengganggu produksi.

Moenardji Soedargo, Penasehat Gabungan Eksportir Kopi Indonesia (GAEKI) menilai, potensi ekspor kopi masih menjanjikan meskipun harga kopi dunia dalam tren menurun. "Harga turun, tapi tidak ada tren penurunan permintaan di pasar internasional," ujarnya kepada Kontan, Kamis (8/12/2016).

Hanya saja, potensi pasar internasional ini tidak bisa dimanfaatkan dengan maksimal oleh eksportir kopi Indonesia karena kinerja ekspor kopi dalam negeri yang masih "memble" akibat minimnya produksi kopi tahun ini.

Daya pikat pasar lokal

Sekedar informasi, tahun ini, produksi kopi diprediksi hanya mencapai 500,000 ton atau jauh dari produksi tahun lalu yang mencapai 660.000 ton. Anjloknya produksi ini karena tanaman kopi banyak yang gagal panen tahun 2015 lalu akibat kekeringan. Di samping itu, sebagian besar pohon kopi petani saat ini sudah uzur, sehingga tidak lagi produktif.

Moenardji melanjutkan bahwa tak maksimalnya eksportir kopi menggarap pasar ekspor di saat harga sedang tinggi juga karena permintaan kopi di pasar lokal juga cukup memikat. Apalagi harga kopi lokal di pasar domestik relatif stabil meski harus bersaing dengan kopi olahan impor.

Umumnya kopi lokal yang mampu berbicara banyak di pasar domestik adalah specialty coffee alias kopi yang sudah diolah dan memiliki cita rasa tinggi.

Sebelumnya, Wiliem Petrus Rivu, Direktur Minuman, Tembakau, dan Bahan Penyegar Ditjen Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemperin) menyebut, yang terjadi dalam distribusi kopi Indonesia terbalik.

Pasar ekspor masih dipenuhi dipenuhi oleh biji kopi, sedangkan produk kopi di pasar domestik telah berbentuk olahan.

Padahal, seharusnya kopi olahan menjadi senjata Indonesia untuk memenangi pasar ekspor kopi menghadapi persaingan dengan negara lain. Makanya, ia meminta agar kopi produksi petani dalam bentuk biji tak langsung dijajakan di pasar ekspor, melainkan diproses dan diolah sehingga punya nilai tambah.

Salah satu upaya yang akan ditempuh Kemperin adalah dengan menghadirkan ahli pengolahan kopi untuk membantu petani kopi. (Tri Sulistiowati)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber KONTAN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Terbit 26 April, Ini Cara Beli Investasi Sukuk Tabungan ST012

Terbit 26 April, Ini Cara Beli Investasi Sukuk Tabungan ST012

Whats New
PGEO Perluas Pemanfaatan Teknologi untuk Tingkatkan Efisiensi Pengembangan Panas Bumi

PGEO Perluas Pemanfaatan Teknologi untuk Tingkatkan Efisiensi Pengembangan Panas Bumi

Whats New
Daftar Lengkap Harga Emas Sabtu 20 April 2024 di Pegadaian

Daftar Lengkap Harga Emas Sabtu 20 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Tren Pelemahan Rupiah, Bank Mandiri Pastikan Kondisi Likuiditas Solid

Tren Pelemahan Rupiah, Bank Mandiri Pastikan Kondisi Likuiditas Solid

Whats New
LPS Siapkan Pembayaran Simpanan Nasabah BPRS Saka Dana Mulia

LPS Siapkan Pembayaran Simpanan Nasabah BPRS Saka Dana Mulia

Whats New
Harga Emas Antam Sabtu 20 April 2024, Naik Rp 2.000 Per Gram

Harga Emas Antam Sabtu 20 April 2024, Naik Rp 2.000 Per Gram

Spend Smart
Ini 6 Kementerian yang Sudah Umumkan Lowongan CPNS 2024

Ini 6 Kementerian yang Sudah Umumkan Lowongan CPNS 2024

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 20 April 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 20 April 2024

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Sabtu 20 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Sabtu 20 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Whats New
Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

Whats New
Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Whats New
Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Whats New
Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com