Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prospek Pasokan Masih Belum Jelas, Harga Minyak Naik

Kompas.com - 20/12/2016, 09:45 WIB
Estu Suryowati

Penulis

Sumber Reuters

NEW YORK, KOMPAS.com - Harga minyak mentah mengalami sedikit perubahan pada perdagangan Senin (19/12/2016) karena pasar menanti apakah produksi shale oil Amerika Serikat cukup mampu mengimbangi penurunan produksi OPEC dan Rusia, serta produsen lain tahun depan.

Harga acuan minyak mentah berjangka jenis Brent ditutup turun 28 sen, menetap di 54,93 dollar AS per barel. Sementara itu, harga acuan minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 22 sen di 52,12 dollar AS per barel.

"Output AS kelihatannya naik, ini akan mengimbangi porsi signifikan dari pengurangan produksi yang direncanakan OPEC, terutama karena tidak ada antisipasi dari kepatuhan yang kuat," kata presiden perusahaan konsultan energi yang berbasis di Chicago, Ritterburch & Associates, Jim Ritterbusch, dikutip dari Reuters, Selasa (20/12/2016).

Ritterbusch mengatakan, pasar mungkin akan terkejut dengan 60 persen kepatuhan OPEC di kuartal-I, sebagai respons terhadap shale oil Amerika Serikat. Pedagang mencatat penundaan pengiriman minyak Libya juga menjadi pendorong kenaikan harga di awal sesi.

Pada akhir pekan lalu, sekelompok penjaga infrastruktur minyak di Libya mengatakan, blokade di pipa panjang ladang minyak dari Shahara dan El Rasakan sudah dibuka. Namun, kelompok lain secara terpisah mencegah pengoperasian kembali ladang minyak di El Rasakan.

Sementara itu, dollar AS menguat hampir 0,1 persen pada Senin, dan membuat harga minyak menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Namun beberapa analis memperkirakan kenaikan harga awal 2017 disebabkan kesepakatan OPEC dan produsen lain yang akan memotong hampir 1,8 juta barel per hari

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com