JAKARTA, KOMPAS.com – Inflasi indeks harga konsumen (IHK) pada tahun 2016 tercatat sebesar 3,02 persen. Bank Indonesia (BI) memandang, ada beberapa alasan yang membuat inflasi tahun 2016 cenderung rendah.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, alasan pertama adalah adanya koordinasi antara pemerintah dengan bank sentral dalam hal pengendalian inflasi.
Selain itu, alasan lain adalah adanya permintaan masyarakat yang naik, namun pada saat bersamaan kapasitas produksi nasional secara keseluruhan belum optimal.
“Pemanfaatan kapasitas nasional masih di bawah 80 persen, menunjukkan meskipun permintaan naik tapi kapasitas nasional cukup,” ujar Perry di Jakarta, Jumat (6/1/2017).
Alasan lainnya adalah dampak harga komoditas internasional dan pengendalian stabilisasi nilai tukar.
Perry menjelaskan, dengan kata lain, meskipun sejumlah harga komoditas naik pada tahun 2016 namun kurs tetap terkendali.
Hal lain yang menjadi faktor rendahnya inflasi adalah terjaga ekspektasi inflasi. Menurut Perry, masyarakat memiliki kepercayaan bahwa inflasi akan terkendali.
Meskipun sudah mencapai target, namun demikian pemerintah maupun bank sentral akan terus memantau risiko inflasi ke depan.
Perry menyatakan, risiko permintaan akan terkendali, begitu juga dengan kurs.
“Koordinasi dengan pemerintah terkait pengendalian harga pangan masih akan dilakukan. Yang mesti diperkuat adalah koordinasi kebijakan pemerintah, khususnya harga yang diatur pemerintah terkait tarif, (harga) elpiji, dan lain-lain. Itu akan terus kami lakukan,” tutur Perry.
Ia mengungkapkan, selama harga pangan terus terkendali rendah, maka dampak dari kenaikan komponen harga yang diatur pemerintah atau administered prices terhadap inflasi secara keseluruhan bisa terkendali.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.