Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jonan Dorong "Lifting" Minyak Melebihi Target APBN

Kompas.com - 21/01/2017, 13:30 WIB
Iwan Supriyatna

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, meninjau Lapangan Minyak dan Gas Bumi (Migas) Banyu Urip yang dikelola oleh ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) di Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur.

Kunjungan tersebut dilakukan seusai bertemu dengan civitas akademika STEM Akamigas Cepu. Dalam kunjungannya tersebut, Jonan menegaskan bahwa produksi minyak nasional harus dapat ditingkatkan, melebihi target lifting minyak pada 2017 yang telah ditetapkan.

"Kalau pemerintah maunya produksi minyak lebih besar lebih baik supaya lifting-nya bagus," ujar Jonan dalam keterangan resmi.

Target lifting minyak pada 2017 sesuai APBN adalah sebesar 815.000 barrel oil per day (BOPD). Namun, Kementerian ESDM dan SKK Migas, lanjut Menteri ESDM, memiliki target tersendiri.

"Jangan 815.000 BOPD, paling kurang 825.000 BOPD. Sekarang sudah tercapai," katanya.

Terkait peningkatan produksi minyak di Lapangan Banyu Urip, saat ini SKK Migas dan EMCL sudah menyampaikan dokumen perubahan analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) untuk mendapatkan persetujuan.

Persetujuan yang diminta adalah untuk dapat berproduksi mencapai 200.000 BOPD. Sebelumnya, amdal yang dimiliki oleh proyek Banyu Urip hanya untuk produksi minyak sebesar 185.000 BOPD.

"Kita minta tolong supaya pengajuan ini diprioritaskan," ucap Jonan. Produksi minyak Proyek Banyu Urip sebesar 185.000 BOPD atau sebesar 20 persen dari produksi minyak mentah nasional.

Pada tahun 2016, proyek Banyu Urip melebihi target produksi hingga 106 persen pada tingkat produksi 171.000 BOPD dan target lifting pada 2017 berada pada tingkat produksi 200.000 BOPD dan akan mendukung hingga 24 persen dari target produksi minyak nasional.

Untuk menambah produksi minyak nasional Indonesia, Presiden Joko Widodo telah meminta untuk membangun banyak kilang minyak baru, baik memindahkan kilang minyak dari luar negeri maupun membangun grass root refinery.

"Diusahakan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri dapat diolah dari minyak mentah di Indonesia, bukan hanya minyak mentah yang berasal dari pengeboran di Indonesia ya, impor boleh, tetapi impor minyak mentah. Minyak jadinya (diolah) di sini. Kalau kita mau membangun cadangan nasional atau cadangan strategis, kan, bentuknya BBM, bukan minyak mentah," kata Jonan.

Minyak mentah yang diproduksikan dari Lapangan Banyu Urip di Blok Cepu, Bojonegoro, diolah di Central Processing Facility (CPF) yang berproduksi hingga 185.000 barrel per hari. Dari CPF, minyak tersebut dialirkan melalui pipa darat sejauh 72 kilometer hingga ke Pantai Palang, Tuban.

Lalu, dilanjutkan melalui pipa bawah laut dan ditampung di FSO Gagak Rimang yang berada 23 kilometer di lepas Pantai Tuban.

Pada kesempatan tersebut, Jonan juga mengemukakan keuntungan production sharing contract (PSC) wilayah kerja migas dengan skema gross split.

Dengan gross split, sebut Jonan, pemerintah tidak lagi perlu menanggung cost recovery. "Sekarang kita bagi hasil di awal, biaya produksi ya terserah kontraktor," tuturnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com