Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasar Asemka, Lapak Bisnis yang Menggiurkan bagi WNA Ilegal? (bag 2)

Kompas.com - 25/01/2017, 06:17 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kompas.com melakukan penelusuran ke sejumlah toko yang disinyalir milik WNA ilegal asal China.

Salah satunya terletak di Jalan Pintu Besar Selatan 1 Pasar Asemka. Toko tesebut persis di sisi jalan dengan ukuran sekitar 5x7 meter persegi. Berbagai aksesoris kaum hawa pun terpajang dengan rapi, mulai dari kalung, gelang, bros hingga anting.

Baca: Pasar Asemka, Lapak Bisnis Menggiurkan bagi WNA Ilegal? (Bag 1)

Kompas.com kemudian masuk pada toko tersebut, dan menanyakan harga aksesoris kalung yang dijual. "Ini kalung berapa harganya?," tanya Kompas.com.

Pemilik toko menjawab, "Seratus," dengan intonasi dan logat yang tak biasa berbahasa Indonesia.

Dia pun tak menjelaskan seratus itu dalam nominal perak atau ribuan. Kompas.com kemudian bertanya lebih lanjut, "Seratus berapa? Satu lusin?," tanya Kompas.com lagi. Pemilik toko tak memberi jawaban, namun hanya menganggukan kepala.

Melihat percakapan itu, salah satu karyawan langsung membantu, "Iya itu Rp 100.000 per satu lusin dan beda jenis beda harga," jelas karyawan itu kepada Kompas.com.

Komunikasi yang buntu antara pemilik toko dan pembeli kerap terjadi. Sehingga si pemilik berinisiatif mencari penerjemah. Hal itu terlihat di sisi depan toko terdapat pengumuman: "Dicari karyawati penerjemah mandarin".

Terlepas bisa atau tidaknya para pemilik toko berbahasa Indonesia, saat ini pedagang yang sudah bertahun-tahun di Pasar Asemka tengah berjuang menghadapi pedagang yang disinyalir WNA ilegal, yang menjual barang dengan harga yang jauh lebih murah.

Bukan hal sulit menemukan barang-barang impor asal China dengan harga yang sangat murah di Pasar Asemka.

Serbuan Produk Impor

Seorang pedagang mengungkapkan para WNA yang berjualan itu juga tidak takut untuk membuka toko di dalam pasar, bahkan memasok langsung produk-produk dari China.

"Di dalam gedung (pasar) ada satu, dua (penjual) yang super besar, sampai dia kontrak dan di dalam barangnya (aksesoris) begitu banyak, itu barang impor semua dari China, dia punya pabrik di China," paparnya.

Tak ragu-ragu dia menjelaskan bagaimana proses barang-barang itu bisa tiba di Indonesia dan dijual secara masif dikawasan tersebut.

"Mereka nggak bayar (bea masuk), mereka bawa barangnya hand carry dari bandara, bayarnya cuma Rp 1.000.000 per koper," ungkapnya.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com