Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trump Berencana Pangkas Pajak, Apa Dampak bagi Indonesia?

Kompas.com - 28/01/2017, 11:00 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Sejak diambil sumpahnya pada 20 Januari 2017 lalu, Presiden AS Donald Trump sudah melakukan berbagai kebijakan ekonomi yang masif. Selain itu, masih ada beberapa rencana kebijakan ekonomi yang kabarnya masih akan ia lakukan, seperti deregulasi dan pemangkasan pajak.

Segala kebijakan ekonomi yang dibeberkan Trump tersebut, termasuk pemangkasan pajak yang dinilai menguntungkan korporasi, tidak hanya memberikan dampak signifikan bagi perekonomian AS, tetapi juga bagi perekonomian dunia. Lalu, apa dampaknya bagi Indonesia?

Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Juda Agung menyebut, kebijakan-kebijakan ekonomi Trump memang menciptakan risiko terjadinya capital reversal atau pembalikan arus dana asing di negara-negara berkembang alias emerging markets.

Namun, Juda memandang kondisi Indonesia lebih baik dibandingkan negara-negara berkembang lainnya. Hal tersebut bisa dilihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih bisa menyentuh kisaran 5 persen.

Selain itu, stabilitas makroekonomi pun terjaga, begitu pula dengan defisit transaksi berjalan atau current account deficit yang terjaga pada level yang rendah.

“Beda dengan 2013, current account deficit kita 4 persen (dari produk domestik bruto atau PDB). Pada 2016 ini current account deficit 1,8 persen dari PDB. Ini sangat positif,” ujar Juda di kantornya di Jakarta, Jumat (27/1/2017).

Tidak dimungkiri, pemangkasan pajak yang bakal diterapkan Trump akan membuat investor AS lebih senang menanamkan modalnya di dalam negerinya sendiri ketimbang menanamnya di negara-negara lain, termasuk negara berkembang seperti Indonesia.

Walau begitu, Juda mengingatkan bahwa ada dua hal yang harus diperhatikan terkait investasi.

Pertama, untuk jangka pendek, investasi bergantung pada nilai tukar dan suku bunga. Volatilitas nilai tukar rupiah sangat menentukan investasi dalam aspek jangka pendek.

“Kalau jangka panjang lebih melihat prospek ekonomi dan stabilitas makroekonomi,” tutur Juda.

Investor yang menanamkan modalnya di Indonesia, ujar dia, lebih memperhatikan faktor-faktor yang sifatnya jangka panjang. Dengan demikian, melihat positifnya prospek perekonomian Indonesia, maka dampak kebijakan Trump tersebut kemungkinan tak berpengaruh signifikan bagi investasi di Indonesia.

“Kalau yang real money, investor dia lebih melihat kondisi fundamental ekonomi Indonesia,” kata Juda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

Whats New
Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Whats New
Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Work Smart
Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

BrandzView
Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Whats New
Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Whats New
Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com