Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Langsung Setujui Pencopotan Dwi Soetjipto dan Ahmad Bambang

Kompas.com - 03/02/2017, 20:57 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dewan Komisaris PT Pertamina (Persero) mengusulkan pencopotan Dwi Soetjipto dan Ahmad Bambang kepada Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Mariani Soemarno kemarin. 

Setelah menerima usulan tersebut, Rini segera melaporkannya kepada Presiden RI Joko Widodo. Menurut Rini, mantan Gubernur DKI Jakarta itu langsung sepakat bahwa keduanya memang harus diberhentikan.

"Pak Presiden menginstruksikan ke saya, 'Ya sudah lakukan'," kata Rini kepada wartawan di kantornya, Jakarta, Jumat (3/2/2017). Lantas apa yang menjadi pertimbangan Jokowi merestui Rini mencopot Dwi Soetjipto dan Ahmad Bambang? Menurut Rini, Jokowi sepakat dengan penilaian Dewan Komisaris Pertamina bahwa dualisme kepemimpinan di Pertamina membahayakan.

"Beliau juga melihat ada banyak tulisan di koran mengenai permasalahan kepemimpinan ini," kata Rini. "Tentunya beliau sepakat bahwa keadaan ini bisa membahayakan Pertamina," imbuh Rini.

Dualisme kepemimpinan antara Dwi Soetjipto dan Ahmad Bambang menurut Rini membuat situasi di Pertamina menjadi tidak stabil. Lebih lanjut dia menyatakan hal itu tidak baik karena Pertamina butuh kestabilan untuk mengerjakan berbagai proyek yang nilainya mencapai Rp 700 triliun. "Belum pernah dalam sejarah Pertamina proyek sebanyak itu," kata Rini.

Beberapa megaproyek akan mulai dikerjakan pada tahun ini. Atas dasar itu, teamwork yang baik perlu dibangun di internal BUMN energi tersebut. Tak ingin proyek terhambat, proses pencopotan mulai dari usulan Dewan Komisaris hingga penandatanganan SK Menteri BUMN diselesaikan dalam waktu sehari.

"Semua proses kemarin, langsung saya laporkan Pak Presiden. Betul (agak mendadak), karena ini sudah sangat akut. Kami harus segera merespons," pungkas Rini.

Dwi Soetjipto masuk menjadi bos Pertamina pada November 2014 menggantikan Karen Agustiawan yang mengundurkan diri.

Selama di bawah kepemimpinan mantan bos PT Semen Indonesia (Persero) itu, banyak hal yang sudah dicapai Pertamina. Salah satu unit bisnis yang banyak dinilai publik sebagai sarang rente, Pertamina Energy Trading Limited (Petral) berhasil dilikuidasi. Pembubaran Petral disebut-sebut membuat efisiensi Pertamina meningkat.

Sepanjang Januari-Mei 2016, Perseroan telah menghemat 925 juta dollar atau setara Rp 12,02 triliun (kurs 13.000) imbas likuidasi Petral. (Baca: Pertamina Catat Efisiensi Rp 12,02 Triliun Setelah Bubarkan Petral). Bahkan pada kuartal-III 2016, BUMN energi tersebut mampu membukukan laba bersih hingga 2,83 miliar dollar AS atau setara Rp 37 triliun.

Jika dibandingkan dengan periode sama 2015, laba bersih Pertamina naik 209 persen. Di bawah Dwi Soetjipto, Pertamina juga banyak mengakuisisi sumur minyak di luar negeri (overseas).

Yang kontroversial namun tetap menarik, Pertamina mengantarkan salah satu putra terbaik Indonesia, Rio Haryanto di ajang Formula 1. Terakhir Pertamina telah menyanggupi keinginan Presiden Jokowi untuk mendistribusikan bahan bakar minyak (BBM) satu harga di seluruh wilayah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com