Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Teddy Oetomo

Head of Intermediary PT Schroder Investment Management Indonesia 

Investor yang Dewasa Tidak Serakah, Tidak Pula Berpuas Diri

Kompas.com - 14/02/2017, 07:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAprillia Ika

Di era modern ini, berpuas diri sering dianggap sebagai sesuatu yang aneh, bahkan tabu. Di masa yang serba kompetitif, kita seakan dituntut untuk selalu mencoba mendapatkan lebih dalam segala hal.

Kemajuan teknologi juga membuat masyarakat menjadi tidak mudah berpuas diri. Dengan mudahnya kita sekarang dapat membandingkan dan melihat tas baru milik teman kita, ke mana mereka berlibur, merk mobil yang baru mereka beli dan sebagainya lewat media sosial.

Memang tidak ada salahnya untuk berusaha lebih maju dan lebih baik. Namun, apabila masuk ke arena yang kurang sehat, di mana kita terus membandingkan diri dengan orang lain, akan timbul iri hati dan mengikis kepercayaan diri kita.

Apabila berkelanjutan, maka kita mungkin akan mulai menjadi serakah, mengambil risiko berlebih atau jalan pintas guna mendapatkan uang lebih banyak untuk menyokong keinginan kita. 

Misal, membeli mobil baru yang sama dengan tetangga kita, atau tas bermerk baru seperti yang baru dibeli teman kita, atau bahkan berlibur ke luar negri saat melihat teman sejawat bertamasya.

Sifat membandingkan berlebih dapat menjadi sangat berbahaya, terutama bagi investor. Seorang investor yang tidak mengetahui kapan dia harus berpuas diri, mungkin terpicu oleh pertumbuhan nilai investasi yang didapat teman atau koleganya.

Hal ini dapat memicu investor tersebut menjadi iri dan ingin untuk mendapatkan hasil yang sama atau bahkan lebih. Didorong oleh ketamakan, investor tersebut sangat mungkin terjerumus.

Seperti yang kita ketahui, semakin tinggi potensi imbal hasil, semakin tinggi juga risikonya. Sehingga, seorang investor yang didorong keserakahan mungkin akan berinvestasi di tempat atau produk investasi yang memberikan potensi hasil paling besar, sekalipun sebenarnya tingkat risikonya jauh melebihi dan tidak sesuai dengan profil investor tersebut.

Selain itu, keserakahan dan ketamakan dapat juga berimbas pada keputusan tidak rasional bagi seorang investor.

Keserakahan dapat berakibat pada seorang investor tidak menyadari bahwa nilai investasinya telah naik di atas nilai fundamental dan terus berharap bahwa investasinya akan terus naik.

Di saat yang sama, karena ketamakan, seorang investor juga mungkin tidak mau mengakui bahwa dia telah mengambil keputusan yang salah saat masuk salah satu investasi.

Di saat seharusnya investor tersebut menyadari kesalahannya dan keluar dari investasi yang mungkin telah merugi tersebut, karena ketamakan, investor itu menjadi tidak rasional dan bahkan memutuskan untuk menambah investasinya.

Di sisi lain, menjadi seorang yang mengetahui arti berpuas diri, apakah itu berarti bahwa kita hanya menerima apa yang kita punya sekarang dan tidak mengambil resiko sama sekali?

Investor Sukses

Apakah seorang investor yang tidak serakah harus menempatkan semua investasinya di kas untuk menghindari semua resiko? Tidak juga.

Halaman:



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com