Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inflasi Tahun 2017 Diprediksi Lebih Tinggi dari 2016

Kompas.com - 19/02/2017, 17:49 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) menyatakan, fundamental perekonomian Indonesia secara umum dalam keadaan baik. Akan tetapi, masih ada tantangan yang harus dihadapi ekonomi Indonesia tahun 2017.

Tantangan tersebut salah satunya berasal dari dalam negeri sendiri, yakni inflasi. Bank sentral memperkirakan, inflasi pada tahun 2017 akan lebih tinggi dibandingkan inflasi pada tahun 2016.

Secara keseluruhan tahun 2016, inflasi tercatat sebesar 3,02 persen. Bank sentral memantau, terjadi tekanan inflasi dimulai dari awal tahun 2017 ini.

"Ada kenaikan, beberapa penyebabnya seperti administered prices (komponen harga yang diatur pemerintah), biaya (administrasi) STNK, tarif listrik, pulsa telepon yang menyebabkan sumbangan inflasi tinggi," jelas Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Yoga Affandi pada acara Pelatihan Wartawan Ekonomi Bank Indonesia di Bandung, Sabtu (18/2/2017).

Meskipun demikian, bank sentral tetap menargetkan inflasi pada kisaran 4 plus minus 1 persen tahun ini. Dengan adanya penyesuaian pada komponen administered prices, maka langkah yang ditempuh agar inflasi tetap terkendali adalah dengan menjaga stabilitas komponen pangan yang bergejolak atau volatile food.

Menurut Yoga, karakteristik inflasi di negara berkembang adalah sebagian besar inflasi disumbang oleh komponen makanan. Komponen ini sebagian besar berasal dari keranjang konsumsi makanan masyarakat.

Oleh sebab itu, dengan pengendalian inflasi komponen pangan, BI ingin Indonesia masuk ke rezim era inflasi rendah. Pasalnya, inflasi menjadi indikator fundamental terkait kesejahteraan masyarakat.

Sebelumnya, Gubernur BI Agus DW Martowardojo juga memberi penjelasan terkait potensi kenaikan inflasi pada tahun 2017, khususnya terkait imbas penyesuaian komponen administered prices. Menurut Agus, penyesuaian tersebut adalah hal baik.

"Ini menunjukkan pemerintah akan melanjutkan reformasi di subsidinya. Reformasi di subsidi energi itu nanti tentu akan menciptakan inflasi dan inflasi itu kita yakini sifatnya satu kali," jelas Agus.

Agus pun menyatakan pihaknya akan terus berkoordinasi dengan pemerintah terkait penyesuaian pada komponen administered prices dan kemungkinan imbasnya pada inflasi.

Salah satu upayanya adalah dengan menjaga harga pangan strategis di bawah 4 hingga 5 persen tahun ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com