Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Ayam dan Telur Jatuh, Ini Harapan Peternak pada Pemerintah

Kompas.com - 28/02/2017, 15:30 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Peternak rakyat yang tergabung dalam Gerakan Bela Peternak Ayam Pedaging dan Petelur (GBPA) melakukan pertemuan dengan pemerintah, yakni Kementerian Perdagangan (Kemendag).

Pembahasan dalam pertemuan tersebut terkait permasalahan disparitas harga daging ayam dan telur ditingkat peternak dan ditingkat pasar, serta mengharapkan ada perbaikan harga oleh pemerintah.

Adapun dalam audiensi yang dilakukan dengan Kemendag, peternak mengharapkan pemerintah selaku pemangku kepentingan agar menaikkan harga jual ayam hidup dan telur di atas harga pokok produksi peternak. 

"Harapan peternak agar harga secepatnya pulih di atas harga pokok produksi peternak, adanya referensi harga atau acuan," ujar Kadma Wijaya, Ketua Gerakan Bela Peternak Ayam Pedaging dan Petelur (GBPA), kepada Kompas.com, di Jakarta, Selasa (28/2/2017).

Kedua, perusahaan integrasi mengurangi chick in (masuknya anak ayam atau Day Old Chick /DOC yang akan dipelihara ke dalam kandang) sebanyak 50 persen guna menstabilkan kebutuhan dan suplai.

Ketiga, tidak mengeluarkan izin impor Grand Parent Stock atau bibit indukan ayam sampai kondisi kondusif bagi perbaikan peternak rakyat. 

Keempat, menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan tentang harga referensi untuk ayam hidup dan telur di tingkat peternak sesuai amanat Undang-Undang Perdagangan Nomor 7 Tahun 2014 Pasal 26 ayat 2.

Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementerian Pertanian (Kementan) Surachman Suwardi mengakui ada disparitas harga yang cukup tajam antara pasar dengan peternak rakyat.

Dia menjelaskan, Kementan sudah melakukan survei dan penyelidikan, dan menemukan beberapa dugaan yang terjadi di lapangan.

"Harga di tingkat konsumen akhir Rp 21.000 per kilogram, tapi di peternak Rp 13.000 sampai dengan Rp 14.000 per kilogram," ujarnya.

Tata Niaga

Menurut dia, penyebab utama adanya disparitas harga saat ini disebabkan oleh rantai tata niaga telur yang cukup panjang.

Surachman menambahkan, saat ini pemerintah telah berupaya untuk mencegah terus menurunnya harga telur.

Kementan bersama Kemendag membagi tugas untuk pembinaan teknis dan peningkatan kualitas telur ayam. Kemendag akan membina peternak agar memiliki pengolahan tepung telur.

Selama ini tepung telur diminati industri roti dan makanan lain. "Sedangkan kami berusaha meningkatkan kualitas telur agar tetap berkualitas standar dan bisa bekompetisi, dengan pembinaan pembibitan," pungkasnya.

Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, harga telur ayam di DKI Jakarta mencapai Rp 19.250 per kilogram, dan termurah di Maluku Utara dengan Rp 16.200 per kilogram. Sedangkan harga tertinggi ada di Papua dengan Rp 34.750 per kilogram.

Kompas TV Harga Telur Ayam Naik Jadi 20 Ribu/Kilo
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Rupiah Melemah terhadap Dollar AS, Sri Mulyani: Lebih Baik dari Baht hingga Ringgit

Rupiah Melemah terhadap Dollar AS, Sri Mulyani: Lebih Baik dari Baht hingga Ringgit

Whats New
5 Minimal Saldo BRI untuk Tarik Tunai ATM Sesuai Jenis Tabungannya

5 Minimal Saldo BRI untuk Tarik Tunai ATM Sesuai Jenis Tabungannya

Spend Smart
Seleksi CPNS 2024 Dimulai Juni-Juli, Masih Ada 4 Instansi Belum Mengisi Rincian Formasi

Seleksi CPNS 2024 Dimulai Juni-Juli, Masih Ada 4 Instansi Belum Mengisi Rincian Formasi

Whats New
[POPULER MONEY] Indonesia Selangkah Lebih Dekat Gabung Klub Negara Maju | Pesan Bea Cukai ke 'Jastiper'

[POPULER MONEY] Indonesia Selangkah Lebih Dekat Gabung Klub Negara Maju | Pesan Bea Cukai ke "Jastiper"

Whats New
XL Axiata Ubah Susunan Direksi dan Komisaris

XL Axiata Ubah Susunan Direksi dan Komisaris

Whats New
Ketidakpastian Global Percepat Adopsi 'Blockchain'

Ketidakpastian Global Percepat Adopsi "Blockchain"

Whats New
XL Axiata Bakal Tebar Dividen Rp 635,55 Miliar

XL Axiata Bakal Tebar Dividen Rp 635,55 Miliar

Whats New
Instansi Pemerintah Diminta Segera Selesaikan Rincian Formasi ASN 2024

Instansi Pemerintah Diminta Segera Selesaikan Rincian Formasi ASN 2024

Whats New
Starlink Segera Beroperasi di RI, Telkom Tak Khawatir Kalah Saing

Starlink Segera Beroperasi di RI, Telkom Tak Khawatir Kalah Saing

Whats New
Pandu Sjahrir Ungkap Tantangan Industri Batu Bara, Apa Saja?

Pandu Sjahrir Ungkap Tantangan Industri Batu Bara, Apa Saja?

Whats New
Dukung Efisiensi Energi dan Keberlanjutan, Pupuk Kaltim 'Revamping' Pabrik Tertua

Dukung Efisiensi Energi dan Keberlanjutan, Pupuk Kaltim "Revamping" Pabrik Tertua

Whats New
Seleksi Sekolah Kedinasan Dimulai Mei, CASN 2024 Digelar Juni

Seleksi Sekolah Kedinasan Dimulai Mei, CASN 2024 Digelar Juni

Whats New
Indodax: Pencucian Uang dengan Aset Kripto Mudah Dilacak

Indodax: Pencucian Uang dengan Aset Kripto Mudah Dilacak

Whats New
Penjualan iPhone Anjlok Hampir di Seluruh Negara di Dunia

Penjualan iPhone Anjlok Hampir di Seluruh Negara di Dunia

Whats New
Menpan-RB Pastikan Seleksi CPNS 2024 Bebas Joki dan Titipan Pejabat, Ini Alasannya

Menpan-RB Pastikan Seleksi CPNS 2024 Bebas Joki dan Titipan Pejabat, Ini Alasannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com