Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti Senior LIPI: Arab Saudi Terlambat Jualan

Kompas.com - 04/03/2017, 15:43 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com- Pengamat ekonomi politik internasional yang juga peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dewi Fortuna Anwar menilai kunjungan Raja Salman bersama rombongan ke beberapa negara di Asia terbilang cukup terlambat bila ditujukan untuk diversifikasi ekonomi.

Sesuai dengan visi 2030, Arab Saudi harus melakukan diversifikasi ekonomi menyusul kejatuhan harga minyak, yang membuat penerimaan negara itu menurun drastis. Kalau tetap bergantung pada minyak, maka perekonomian Arab Saudi tidak bisa maju pesat lagi.

Dewi mencontohkan Uni Emirates Arab dan Qatar merupakan beberapa negara di Timur Tengah yang cukup baik dalam melakukan diversifikasi ekonomi, di luar sumber minyak.

"Dubai sekarang menjadi financial hub, transportation hub, dan tourism hub. Qatar juga sudah maju sekarang. Jadi Arab Saudi agak terlambat dalam membangun (diversifikasi ekonomi) ini," kata Dewi dalam diskusi on air, Sabtu (4/3/2017).

Look East Policy

Di sisi lain Arab Saudi juga menghadapi persaingan di Timur Tengah. Dewi sepakat, banyak pihak berpendapat kunjungan Arab Saudi ke Indonesia setelah 47 tahun ini dikarenakan rival utamanya, Iran sudah menunjukkan keinginan untuk melakukan diversifikasi ekonomi ke timur.

"Kita melihat, ini upaya Arab Saudi untuk mengamankan perkembangan ekonomi dan juga untuk menempatkan diri sebagai negara yang relevan di dalam percaturan, utamanya di dunia Islam," imbuh Dewi.

Dewi mengatakan, sebenarnya tadinya Arab Saudi melihat negara-negara timur dengan sebelah mata. Namun perkembangan geopolitik dan ekonomi dunia berubah drastis, salah satunya setelah krisis Eropa yang dimulai dari Yunani.

Selama ini Arab Saudi cenderung memilih barat sebagai tempat tujuan investasi. Di Eropa, mereka memiliki bisnis hotel mewah. Sayangnya, pemulihan Eropa yang berjalan lambat, ditambah lagi dengan krisis migran dan politik, membuat Eropa semakin inward looking, sehingga membuat Arab Saudi kurang nyaman.

Menurut Dewi, berkembangnya Islamophobia sejak tragedi 9/11 juga turut membuat gerak Arab Saudi di dunia Barat menjadi kurang kondusif. Di lain pihak, perdamaian di negara-negara timur jauh lebih stabil.

"Sejak akhir perang Vietnam, kita menikmati perdamaian yang lumayan, dan di situ yang berperan adalah Indonesia dan ASEAN. Walaupun ada tensi di Laut China Selatan, tetapi cukup damai," kata Dewi.

Bahkan kata Dewi, negara-negara komunis pun saat ini menjadi kapitalis. Di Asia Tenggara, ada Vietnam, dan dedengkot kapitalis saat ini adalah motor ekonomi global, yaitu China.

"Uni Eropa bahkan sudah lama ingin menjadi bagian dari kejayaan Timur. Arab ini terlambat. Jadi dalam hal ini saya kira Arab Saudi langsung jorjoran mengejar ketertinggalan, dan langsung secara safari ke Malaysia, Indonesia, Jepang, China. Jadi dalam hal ini yang penting bukan bagaimana Indonesia menerimanya, tetapi bagaimana Arab Saudi merealisasikan. Karena Iran sudah melakukan 'look east policy'," kata Dewi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com