Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengintip Motif Batik Kegemaran Istri Konglomerat Sukanto Tanoto

Kompas.com - 07/03/2017, 18:19 WIB
Iwan Supriyatna

Penulis

PELALAWAN, KOMPAS.com - Siapa yang tak suka dengan batik, apalagi kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan malam atau lilin yang merupakan bahan baku batik pada kain itu, pengolahannya dibuat secara manual dengan menggunakan tangan sang pengrajin.

Terbukti, kain khas asal tanah air ini cukup digemari berbagai golongan, mulai dari masyarakat kelas menengah ke bawah sampai ke kalangan menengah ke atas.

Tinah Bingei salah satunya. Istri dari konglomerat Sukanto Tanoto ini cukup menggemari kain batik Pelalawan Riau.

Beruntung, Kompas.com berkesempatan mengunjungi Rumah Batik Andalan binaan PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) di Riau yang merupakan salah satu perusahaan yang berada di bawah naungan Royal Golden Eagle (RGE) atau Raja Garuda Emas.

Dari Rumah Batik Andalan, Tinah Bingei memiliki kesukaan pada batik dengan corak Bono dan Akasia.

Corak Bono menggambarkan bentuk motif gelombang yang tercipta dari pertemuan arus laut dan sungai yang menghasilkan ombak atau gelombang yang disebut Bono.

KOMPAS.com/IWAN SUPRIYATNA Batik dengan corak Bono, kegemaran Tinah Bingei, istri konglomerat Sukanto Tanoto

Sementara corak Akasia, menggambarkan bentuk daun atau kulit pohon Akasia yang menjadi bahan baku pembuatan kertas dari RAPP sebagai salah satu usaha RGE sebagai induk yang telah dirintis Sukanto Tanoto sejak 1975 yang diresmikan oleh Presiden Suharto kala itu.

"Kesukaan Bu Tanoto itu corak Bono dan Akasia," kata Hari Fitri Rahmadani sambil menunjukan motif batik yang disukai istri Sukanto Tanoto di Pelalawan, Riau, Senin (6/3/2017).

Adapun harga batik berukuran panjang 20 centimenter (cm) dan lebar 1,5 cm bercorak Bono dan Akasia yang dijual di Rumah Batik Andalan binaan RAPP dibanderol dengan harga Rp 350.000 hingga Rp 500.000 per potong.

"Kalau batik tulis harganya mulai Rp 350.000 sampai Rp 500.000. Tapi kalau semi tulis yang sudah ada cap tinggal gambar itu mulai Rp 150.000 sampai Rp 200.000," tutur Fitri.

Menurut Fitri, batik-batik kreasinya bersama tujuh orang ibu-ibu rumah tangga yang berasal dari daerah sekitaran RAPP cukup digemari berbagai kalangan.

Tanoto Foundation salah satu contohnya, kerap memesan batik dari Rumah Batik Andalan untuk kemudian dipromosikan ke para turis maupun tamu undangan.

Bahkan, berkat promosi tersebut, selain pesanan yang datang dari Pemerintah Daerah (Pemda) setempat, Rumah Batik Andalan juga pernah mengerjakan tas handmade (pengerjaannya dilakukan secara manual) dari Singapura sebanyak 100 pasang.

Untuk bisa menjaring lagi ibu-ibu rumah tangga di sekitar RAPP, pihaknya memberikan upah sebesar Rp 100.000 hingga Rp 150.000 untuk setiap pengerjaan satu potong kain batik.

"Kita terbuka terhadap ibu-ibu yang mau ikut gabung. Bahkan order yang belum lama ini kita kerjakan itu ada 1.700 potong baju batik untuk pegawai RAPP yang dipakai setiap hari jumat," pungkasnya.

Kompas TV Kain batik tak hanya dibuat untuk pakaian atau busana bagian atas. Di Tasikmalaya, Jawa Barat, kain batik dijadikan bahan alas kaki yang kini menjadi tren, dan diminati masyarakat tanah air dan mancanegara. Pusat perajin alas kaki batik, terletak di kawasan Mangkubumi. Sejak tahun 2007, ada 3 pusat industri rumah tangga sepatu dan sandal batik muncul di kawasan ini, setelah hasil survei sebelumnya menunjukan, belum ada alas kaki yang berbahan atau bermotif batik. Identitas alas kaki batik tidak didapat dengan mudah, karena pada awal produksi, hasilnya ditolak toko dan pasar, yang mendorong penjualannya, hanya dilakukan melalui jalur internet. Baru dua tahun kemudian, sandal dan sepatu batik ini makin dikenal warga, dan mulai diterima pasar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com