JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memfasilitasi pemasaran berbagai produk unggulan dari industri kecil dan menengah (IKM) khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta. Mulai dari batik, kerajinan, makanan olahan, mainan, serta fashion dan aksesorisnya.
Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan gairah pelaku IKM nasional agar semakin produktif dan berdaya saing sekaligus memperluas akses pasar.
“Pemberdayaan dan pengembangan potensi IKM merupakan salah satu program prioritas Kemenperin,” tegas Dirjen IKM Gati Wibawaningsih di Jakarta, Selasa (7/3/2017).
Menurut Gati, Yogyakarta merupakan kota yang penuh dengan beragam bentuk budaya baik yang bersifat tangible (fisik) maupun intangible (non-fisik).
“Kondisi budaya fisik meliputi kawasan cagar budaya dan keberadaan museum bersejarah, sedangkan kondisi budaya non-fisik meliputi bidang kesenian, adat dan tradisi, bahasa daerah serta budaya itu sendiri,” jelasnya.
Untuk itu, Gati berharap, pelaku IKM Yogyakarta agar terus melestarikan produk berbasis kearifan lokal karena dapat menjadi indentitas dan perekat bangsa.
“Kita perlu mempertahankan kearifan lokal, termasuk kearifan budaya leluhur sehingga pada gilirannya akan memberikan dampak positif bagi perekonomian daerah karena sebagian besar pelaku industri yang berbasis pada budaya adalah IKM,” paparnya.
Gati mengungkapkan, batik sebagai salah satu produk unggulan sekaligus komoditas ekspor utama IKM Yogyakarta dengan kekayaan corak batik yang dimilikinya.
“Misalnya, pameran tentang batik saja, yang digelar di Kemenperin, nilai penjualannya bisa mencapai Rp 1,5 hingga dua miliar,” ujarnya.
Sebagai informasi, pameran produk IKM Yogyakarta diselenggarakan selama empat hari mulai tanggal 7-10 Maret 2017 di Kemenperin.
Pameran ini menampilkan produk unggulan lain, di antaranya kerajinan kayu dari Bantul, kerajinan kulit dari Sleman dan kerajinan perak dari Kotagede.
Sedangkan, untuk kuliner, IKM Yogyakarta memiliki banyak makanan khas seperti gudeg, bakpia, serta jadah tempe.