Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Penyebab Dana-dana Asing Terus Masuk di Pasar Modal

Kompas.com - 30/03/2017, 12:13 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Indeks Harga Saham Gabungan pada Rabu (29/3/2017) kemarin kembali ditutup dengan mencetak rekor baru di level 5.592,51.

Investor asing sejak awal tahun terus melakukan aksi beli. Pada perdagangan Rabu, net buy asing tercatat Rp 932,94 miliar. Sedangkan, sejak awal tahun net buy asing tercatat Rp 8,46 triliun.

Masuknya dana-dana asing di pasar modal itu, menurut analis dari Investa Saran Mandiri Hans Kwee didorong oleh beberapa katalis. Salah satunya adalah indikasi yang cukup kuat bahwa Standard and Poor's akan menaikkan peringkat Indonesia ke investment grade.

"Beberapa kendala yang dipermasalahkan S&P dalam dua periode terakhir tidak menaikkan rating kita (Indonesia), nampaknya sudah bisa diselesaikan oleh pemerintah," kata Hans kepada Kompas.com, Kamis (30/3/2017).

Hans menjelaskan, dulu S&P mempermasalahkan subsidi energi yang terlalu besar. Kemudian pemerintah melakukan perbaikan.

Setelah itu, S&P mempermasalahkan ketidakseimbangan neraca belanja pemerintah. Langkah Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memotong belanja di paruh kedua 2016, dilihat oleh lembaga pemeringkat internasional cukup berani namun realistis. Selain itu, program amnesti pajak juga dinilai cukup sukses untuk memperbaiki basis data perpajakan.

"Jadi, beberapa kendala yang disampaikan S&P bisa diselesaikan oleh pemerintah," kata Hans.

Tak hanya itu, menurut Hans, S&P dan juga investor melihat membaiknya rasio kredit macet perbankan atau non performing loan, seiring dengan pulihnya harga komoditas.

Dari luar negeri, Donald Trump dan kebijakannya masih memberikan dampak signifikan. Sebagaimana diketahui, ide Trump untuk menggantikan Obama-Care ditolak oleh parlemen.

"Kita mulai berfikir, Trump butuh waktu untuk merealisasikan program dia," ucap Hans.

Bisa dilihat, ketika Trump terpilih, aliran dana keluar (capital outflow) dari emerging markets termasuk Indonesia cukup besar. Namun, begitu Trump diperkirakan tidak akan bisa terlalu agresif, dana-dana balik lagi ke emerging markets.

Terakhir, kata Hans, memang dari awal yang menyebabkan capital inflow ke Indonesia adalah ekspektasi tidak terlalu agresifnya Federal Reserve dalam mengerek suku bunga acuan. Ekspektasi tersebut muncul menyusul pernyataan dari salah seorang pejabat Fed yang melihat suku bunga acuan tak akan naik agresif.

"Kemudian Trump. Kalau dia tidak terlalu agresif, tentu Fed Fund Rate tidak akan naik agresif juga," terang Hans.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com