Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indef: Tudingan Curang Donald Trump ke Indonesia Tidak Beralasan

Kompas.com - 09/04/2017, 20:18 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menuding Indonesia dan 15 negara lainnya melakukan kecurangan dalam hubungan dagang dengan Negeri Paman Sam tersebut.

Namun, Institute For Development Of Economics And Finance (Indef) menilai tudingan tidak cukup beralasan. Sebab tidak dilandasi bukti-bukti yang kuat sehingga landasan argumentasinya lemah.

"Apalagi jika dasarnya hanya karena defisit (neraca perdagangan AS)," ujar Peneliti Indef Eko Listiyanto kepada Kompas.com, Jakarta, Minggu (9/4/2017).

Menurut Eko, seharusnya Donald Trump menunjukan bukti-bukti yang akurat dan menyampaikannya secara detail sebelum menuding Indonesia dan 15 negara mitra dagang AS melakukan kecurangan.

Selama ini, kerja sama perdagangan Indonesia dan AS justru saling mengisi. RI mengekspor sumber daya alam, sementara AS mengekspor produk jadi contohnya mesin.

"Bersifat saling mengisi, karena diferensiasi jenis barang yang didagangkan oleh kedua negara," kata Eko.

Meski begitu, Eko menyarankan pemerintah untuk tetap menyiapkan bantahan-batahan atas tudingan Donald Trump. Tentu dengan data-data akurat. Ia meyakini, dengan gaya kepemimpinan Donald Trump, peluang perdagangan Indonesia-AS untuk terus dipersoalkan masih akan terbuka.

AS adalah negara tujuan ekspor terbesar Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2016, nilai ekspor Indonesia ke AS mencapai 15,6 miliar dollar AS, sedangkan impor hanya 7,2 miliar dollar AS.

Artinya, neraca perdagangan Indonesia surplus 8,4 milliar dollar AS. Sementara itu, neraca dagang dengan mitra dagang besar lainya yakni Tiongkok, Indonesia mengalami defisit 15,6 miliar dollar AS.

Adapun dengan Jepang, neraca perdagangan Indonesia hanya surplus 0,3 miliar dollar AS.

(Baca: Trump Tuding Indonesia Curang, Ini Langkah Pemerintah)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com