KOMPAS.com - Saat perjalanan pulang dari Bogor ke Depok akhir pekan kemarin, saya sempat bersitegang dengan pengguna jalan lain, hanya gara-gara si pengguna jalan itu gagal mendahului saya.
Kondisi jalan yang ramai tidak memungkinkan saya menepi dan memberi kendaraan di belakang saya untuk menyalip. Mungkin kesal, sepanjang jalan, orang itu terus menguntit dan lampu kendaraannya menyorot. Dikasih jalan untuk mendahului, tetap saja berada di belakang saya.
Puncaknya, si pengendara itu memotong laju saya di daerah Cibinong dan kelihatannya coba mengintimidasi. Saya cuma ketawa dan membatin, “Paling orang ini butuh piknik...”
Di rumah buka Facebook. Saya cari status-status yang lucu dari teman-teman. Dengan harapan bisa ngakak-ngakak sendiri.
Eh, bukannya status lucu, yang nongol justru kata-kata saling serang terkait pelaksanaan Pilkada DKI.
Di grup Whatsapp juga tak kalah ramainya. Setiap kali diskusi menyenggol isu politik, hawanya selalu panas. Ujung-ujungnya sama saja: saling sindir di antara mereka yang punya referensi politik beda.
Saya tahu, kawan-kawan saya itu adalah para pekerja kantoran yang rajin. Bahkan dari mereka juga berpendidikan tinggi dan jebolan dari universitas ternama. Tapi hal-hal yang sepele membuat mereka menjadi super sensitif.
Panasnya suhu politik selama Pilkada DKI, tekanan pekerjaan, jalanan macet, belum lagi ada ada masalah di rumah, membuat hal-hal kecil menjadi isu yang besar. Hingga merembet menjadi debat kusir yang tak ada ujungnya.
Indonesia darurat piknik?
Jam Kerja yang Panjang
Sebagai negara yang dihuni oleh mayoritas kelas menengah, pemerintah memang dituntut memahami kebutuhan golongan ini. Yang salah satu satunya adalah piknik.
Piknik menjadi salah satu isu yang krusial di Indonesia, seiring dengan lamanya waktu kerja karyawan di Indonesia.
Hingga saat ini waktu kerja para karyawan di Indonesia dalam setahun adalah salah satu yang terpanjang di dunia. Jauh lebih panjang ketimbang negara-negara maju.
Jam kerja reguler dalam sehari di Indonesia adalah 8 jam. Sementara itu rata-rata hari kerja efektif dalam sebulan adalah 21 hari. Jumlah itu sudah memperhitungkan cuti tahunan.
Sehingga jika dikalikan, para karyawan di Indonesia harus bekerja selama 2.016 jam dalam setahun.