Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Senyum Simpul Lorong Pelabuhan

Kompas.com - 11/05/2017, 19:25 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

KUPANG,KOMPAS.com - Gelembung awan mulai membesar saat Widian (27) keluar dari geladak Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Lakaan yang bersandar, Rabu (10/5/2017). Namun, terik matahari tak mau memadam bersama dengan suara ombak yang mulai tenang di Pelabuhan Penyeberangan Bolok, Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Beberapa menit saja di bawah sengatan matahari, kemeja kotak-kotak yang ia kenakan sudah nampak basah oleh keringat yang tak henti keluar dari pori-porinya. Sesekali, ia telan ludah untuk sekedar membasahi kerongkongannya yang kering.

"Panasnya, gila bro," ujarnya sembari berjalan menjauhi kapal.

Di Dermaga

Siang itu, Pelabuhan Penyeberangan Bolok sedang ramai-ramainya. Bahkan, masyarakat sudah ramai memadati dermaga sejak pagi hari. Meski terdapat dua kapal penyeberangan yang bersandar, perhatian masyakarat tertuju kepada kapal yang bersandar di dermaga dua yakni KMP Lakaan. Bisa dibilang, hari itu adalah hari yang bersejarah untuk masyarakat Kupang.

Untuk pertama kalinya, kapal dengan kapasitas 400 penumpang dioperasikan. Acara peresmiannya sendiri diadakan langsung di geladak kapal. Pejabat Kemenhub hingga anggota DPR hadir meresmikan operasional "jembatan baru" antar pulau di NTT itu.

Pemerintah Provinsi NTT senang bukan main. Staf ahli Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Herman Nai Ulu menuturkan, kehadiran KMP Lakaan memberikan energi baru bagi masyarakat NTT. 

Di Lorong Pelabuhan

Tidak cuma Pemerintah NTT, masyarakat Kupang ikut sumringah berkat kehadiran KMP Lakaan. Maklum operasional kapal itu sudah dinanti-nantikan masyarakat sejak tahun lalu.

Kegembiraan itu bisa terlihat langsung dari wajah-wajah para calon penumpang yang sudah menunggu di Pelabuhan Penyeberangan Bolok sejak pagi. Saat mereka dipersilahkan menuju dermaga, senyum simpul merekah di lorong jalan yang memisahkan ruang tunggu dan dermaga pelabuhan. Sesekali mereka menunjuk kapal berwarna biru itu.

Panas terik tak membuat anak-anak menyembunyikan keriangannya melihat KMP Lakaan yang bersandar di dermaga dua.

Menjembatani

Selama ini, Arus orang dan barang sangat tergantung kepada lalu lintas kapal.

Jumlah lintasan penyeberangannya saja mencapai 25 lintasan. Lintasan terpanjang yakni Kupang-Waingapu 288 mil adapun yang terpendak yakni Kupang-Hansisi 4 mil. Sementara jumlah kapal penyeberangan di NTT hanya 7 kapal sebelum adanya KMP Lakaan. Otomatis kapal-kapal itulah yang menjadi jembatan antar pulau masyarakat NTT.

Selain tarifnya yang lebih terjangkau dibandingkan pesawat, moda transportasi kapal lebih cocok dengan masyakarat NTT yang biasa bepergian membawa berbagai bawaan. Barang-barang yang dibawa antar pulau di NTT biasanya hasil sumberdaya alam yang berbeda-beda sesuai karakteristik wilayahnya.

Misalnya untuk pangan yang dijual belikan yakni beras, bawang, jagung, hingga kedelai. Namun ada juga barang bangunan hingga ternak. Menariknya, ternak-ternak itu di masukkan ke kapal dengan cara ditenteng, tidak di naikan ke atas kendaraan terlebih dahulu.

"Ada yang bawa barang bangunan, beras, pisang, ayam, babi, kuda, semua," ujar General Manager PT ASDP Kupang Arnoldus Yansen.

Bagi masyarakat NTT, membawa ternak ke kapal sudah bagian dari rutinitas. Ternak-ternak itu dibawa untuk dijual maupun dipergunakan untuk keperluan adat. Hal ini tentunya sulit diterapkan di moda transportasi udara.

Oleh karena itu kehadiran kapal-kapal tidak hanya semata-mata untuk penyeberangan saja, tetapi juga harapan motor penggerak ekonomi masyarakat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com