Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Kelemahan Proyek Tanggul Laut Raksasa Atasi Banjir Jakarta

Kompas.com - 11/05/2017, 21:24 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional atau Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menjelaskan kelemahan pembangunan National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) dalam mengatasi banjir di ibu kota.

Kelemahan itu termasuk dalam poin yang dicantumkan dalam studi kajian NCICD atau tanggul laut raksasa. Kajian ini sudah diserahkan Bappenas kepada Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.

"NCICD ini kelemahannya adalah dia hanya memperhitungkan bahaya banjir dari laut. Tapi tidak bicara sama sekali (banjir) yang sekarang sebenarnya sudah terjadi, banjir yang kita sebut sebagai banjir kiriman atau karena luapan sungai," kata Bambang, kepada Kompas.com, Rabu (10/5/2017).

Dengan demikian, pada kajian tersebut, Bappenas menyoroti ancaman banjir dari laut dan dari luapan sungai.

Salah satu rekomendasi Bappenas untuk mengatasi banjir dalam jangka pendek adalah membangun tanggul pantai. Tanggul ini berbeda dengan tanggul laut. Tanggul pantai dibangun di wilayah-wilayah rawan terdampak banjir dari laut atau banjir rob.

Selain membangun tanggul, cara lain untuk mengatasi banjir di Jakarta adalah memperbaiki aliran sungai dan perbaikan serta penambahan pompa.

"Sehingga sampai 10 tahun ke depan, kami harapkan Jakarta paling tidak, bisa meminimalkan dampak banjir dari laut. Di samping melancarkan aliran yang dari sungai ke laut," kata Bambang.

Saat ini, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tengah membangun tanggul pantai di pantai utara Jakarta. Nantinya akan dilihat, apakah tanggul pantai ini dapat menjadi solusi permanen penanggulangan banjir atau tidak.

Pembangunan tanggul pantai ini diyakini dapat menjadi solusi banjir akibat turunnya muka tanah di Jakarta. Bambang menjelaskan, penurunan muka tanah di Jakarta lebih cepat dibanding kota lainnya.

Sebab, distribusi air bersih juga tak dilakukan dengan baik. Dia mengatakan, tidak semua wilayah di ibu kota mendapat pasokan air bersih dari PT PAM Jaya.

"Akibatnya mereka harus menggali tanah untuk mendapat air bersih dan semakin banyak penggalian tersebut, itulah yang kemudian merusak permukaan tanah dan menyebabkan penurunan muka tanah lebih cepat dari yang diperkirakan. Sehingga paling tidak keberadaan tanggul pantai ini, kami harapkan daerah ini tidak terkena banjir dari laut," kata Bambang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com