Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anies-Sandi Diminta Pahami Pembangunan NCICD untuk Atasi Banjir Rob

Kompas.com - 15/05/2017, 12:00 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional atau Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro meminta Gubernur dan wakil gubernur terpilih DKI Jakarta Anies Baswedan-Sandiaga Uno diminta memahami proyek pembangunan tanggul di pantai utara Jakarta atau National Capital Integrated Coastal Development (NCICD).

Program penanggulangan banjir rob ini berbeda dengan reklamasi 17 pulau.

"Harus bicara dengan gubernur dan wakil gubernur baru, agar ada pemahaman bersama kalau ini (NCICD) bukan proyek reklamasi. Bahwa ini adalah usulan menjaga Jakarta dari banjir (yang datang dari) laut," kata Bambang saat wawancara bersama Kompas.com, di kantornya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.

Adapun Anies-Sandi berencana membatalkan proyek reklamasi di Teluk Jakarta ketika telah resmi menjabat sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Meskipun, beberapa pulau dan bangunan sudah terbentuk di Teluk Jakarta.

Bambang menjelaskan, Kemenko Kemaritiman yang mengendalikan koordinasi rencana pelaksanaan NCICD. Sedangkan Bappenas merupakan pihak yang melakukan kajian mendalam mengenai NCICD.

Saat ini, Bappenas telah memberikan kajian NCICD kepada Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. Sebelum membangun tanggul laut, Bappenas merekomendasikan pembangunan tanggul pantai di sepanjang wilayah kerap terdampak banjir rob.

Hingga Maret 2017, tanggul pantai sudah terbangun sepanjang 1.471 meter dan 313 meter tanggul sungai. Totalnya, tanggul pantai dibangun sepanjang 20 kilometer dan diperkirakan menghabiskan anggaran sebesar Rp 10 triliun.

Bambang memperkirakan, pembangunan tanggul pantai ini dapat menanggulangi banjir rob hingga 10 tahun ke depan. Nantinya, pemerintah akan mengevaluasi penerapan tanggul pantai setelah lima tahun rampung dibangun.

Ia berharap, masyarakat tak terus menggunakan air tanah. Sebab, penurunan muka tanah yang menyebabkan naiknya air laut dan banjir rob. Saat ini, laju penurunan muka tanah sebesar 7,5 cm pertahunnya.

"Banyak orang lupa, ulah orang di darat yang pakai air tanah. Saudara-saudara kita yang ada di wilayah utara yang kena dampaknya," kata Bambang.

Butuh Peran Swasta

Jika laju penurunan muka tanah lebih besar, maka tanggul laut mesti dibangun. Ketika tanggul laut atau NCICD mesti dibangun. Pembangunan tanggul laut raksasa ini diprediksi akan menelan anggaran hingga Rp 80 triliun.

Sehingga, dia meminta pihak swasta terlibat dalam pendanaan NCICD. Swasta yang membantu pendanaan NCICD ini merupakan pengembang reklamasi yang nantinya akan mendapat manfaat dari proyek ini.

"Jadi pulau reklamasi yang tadinya fungsinya hanya sekadar reklamasi penambahan daratan, ditambah fungsinya sebagai tanggul," kata Bambang.

"Tentunya akan sulit harapkan partisipasi swasta di sini (pendanaan NCICD), karena dia tidak mendapatkan keuntungan langsung dari tanggul tersebut. Nah karena itulah, salah satu caranya tanggul itu dibangun seperti pulau," kata Bambang.

(Baca: Pembangunan Tanggul Laut Diprediksi Telan Biaya Rp 80 Triliun)

Kompas TV Badan Perencanaan dan Pembanggunan Nasional tengah mengkaji rencana pemindahan Ibu Kota.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

IHSG Ditutup Naik 63 Poin, Rupiah Menguat di Bawah Level 16.200

IHSG Ditutup Naik 63 Poin, Rupiah Menguat di Bawah Level 16.200

Whats New
Jam Operasional Pegadaian Senin-Kamis, Jumat, dan Sabtu Terbaru

Jam Operasional Pegadaian Senin-Kamis, Jumat, dan Sabtu Terbaru

Whats New
Bos BI Optimistis Rupiah Bakal Kembali di Bawah Rp 16.000 Per Dollar AS

Bos BI Optimistis Rupiah Bakal Kembali di Bawah Rp 16.000 Per Dollar AS

Whats New
Mendag Ungkap Penyebab Harga Bawang Merah Tembus Rp 80.000 Per Kilogram

Mendag Ungkap Penyebab Harga Bawang Merah Tembus Rp 80.000 Per Kilogram

Whats New
Hadapi Tantangan Perubahan Iklim, Kementan Gencarkan Pompanisasi hingga Percepat Tanam Padi

Hadapi Tantangan Perubahan Iklim, Kementan Gencarkan Pompanisasi hingga Percepat Tanam Padi

Whats New
Panen Ganda Kelapa Sawit dan Padi Gogo, Program PSR dan Kesatria Untungkan Petani

Panen Ganda Kelapa Sawit dan Padi Gogo, Program PSR dan Kesatria Untungkan Petani

Whats New
Alasan BI Menaikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen

Alasan BI Menaikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen

Whats New
Cara dan Syarat Gadai Sertifikat Rumah di Pegadaian

Cara dan Syarat Gadai Sertifikat Rumah di Pegadaian

Earn Smart
Cara dan Syarat Gadai HP di Pegadaian, Plus Bunga dan Biaya Adminnya

Cara dan Syarat Gadai HP di Pegadaian, Plus Bunga dan Biaya Adminnya

Earn Smart
Peringati Hari Konsumen Nasional, Mendag Ingatkan Pengusaha Jangan Curang jika Mau Maju

Peringati Hari Konsumen Nasional, Mendag Ingatkan Pengusaha Jangan Curang jika Mau Maju

Whats New
United Tractors Bagi Dividen Rp 8,2 Triliun, Simak Jadwalnya

United Tractors Bagi Dividen Rp 8,2 Triliun, Simak Jadwalnya

Whats New
Kunjungan ke Indonesia, Tim Bola Voli Red Sparks Eksplor Jakarta bersama Bank DKI dan JXB

Kunjungan ke Indonesia, Tim Bola Voli Red Sparks Eksplor Jakarta bersama Bank DKI dan JXB

Whats New
Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, Bos BI: Untuk Memperkuat Stabilitas Rupiah

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, Bos BI: Untuk Memperkuat Stabilitas Rupiah

Whats New
KEJU Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

KEJU Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

Earn Smart
Program Gas Murah Dinilai ‘Jadi Beban’ Pemerintah di Tengah Konflik Geopolitik

Program Gas Murah Dinilai ‘Jadi Beban’ Pemerintah di Tengah Konflik Geopolitik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com