TOKYO, KOMPAS.com - Nilai tukar dollar AS melemah pada perdagangan Rabu (17/5/2017). Pelemahan ini disebabkan solidnya data ekonomi kawasan Eropa dan jatuhnya imbal hasil (yield) obligasi AS karena gejolak politik pada pemerintahan Presiden Donald Trump.
Selain itu, dollar AS juga melemah lantaran data perumahan AS yang menurunkan ekspektasi kenaikan suku bunga oleh bank sentral AS Federal Reserve pada bulan Juni 2017 mendatang.
Mengutip Reuters, indeks dollar AS melemah ke level terendahnya sejak 9 November 2016 alias pilpres AS.
Sebelumnya, indeks dollar AS sempat menguat karena ekspektasi reformasi pajak dan stimulus yang bakal diterbitkan Trump. Indeks tersebut terpantau pada posisi 97,929, melemah 0,2 persen.
Indeks itu memantau pergerakan nilai tukar dollar AS terhadap enam mata uang utama dunia. Tekanan terhadap dollar AS meningkat setelah muncul kabar bahwa Trump meminta Direktur Biro Investigasi Federal (FBI) James Comey untuk menghentikan investigasi terkait kaitan penasihat keamanan nasional Gedung Putih Michael Flynn dengan Rusia.
Comey kemudian dicopot dari jabatannya. Munculnya memo Trump kepada Comey menguarkan pertanyaan apakah Trump berusaha mengintervensi investigasi federal.
Pada saat yang sama, investor mulai meragukan apakah pemerintahan Trump dapat meyakinkan Kongres untuk mendukung kebijakan-kebijakannya.
"Investor perlu melihat apakah ia (Trump) bisa mengimplementasikan semua ide orisinilnya dan dapat dijalankan dengan baik. Masih ada beberapa investor institusional Jepang yang ingin membeli dollar AS, namun untuk saat ini mereka masih menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya," ungkap Kaneo Oguno, direktur riset valas Global-info Co.
Terhadap yen, dollar AS melemah 0,5 persen ke level 112,56 yen. Ini adalah level terendah dalam sepekan terakhir.
(Baca: Dollar AS Merosot Pasca Trump Pecat Direktur FBI)