Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Berambisi Jadi Lumbung Pangan Terbesar di Dunia

Kompas.com - 27/05/2017, 23:07 WIB

BEIJING, KOMPAS.com - China saat ini merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Penduduk China saat ini mencapai 1,4 miliar orang. Tidak heran jika pemerintah China harus memastikan kebutuhan pangan warga negaranya tercukupi dengan baik.

Masalah kebutuhan pangan ini mendorong pemerintah China gencar membeli atau menyewa lahan pertanian di negara berkembang di Asia, Afrika dan Amerika Selatan.

Pemerintah China mengembangkan teknologi pertanian dan peternakan. China ingin menjadi lumbung pangan terbesar dunia yang mampu memberi makan bagi 9 miliar orang.

Jika ditilik pada empat dekade lalu, reformasi industri telah mengubah wajah pertanian China. Jika semula pertanian dimiliki keluarga dengan usaha seperti beras dan gandum. Kini, menjelma menjadi industri demi memenuhi kebutuhan masyarakat yang lebih menginginkan makanan lebih mewah seperti daging sapi dan susu.

Inilah yang mendorong perusahaan China WH Group mengakuisisi Smithfield Foods Inc, produsen daging babi terbesar di dunia seharga US$ 6,95 miliar pada tahun 2013. Lewat akuisisi tersebut kebutuhan daging seperti sosis dan daging China tercukupi.

Konsumsi daging per kapita di China adalah 39,4 kilogram per tahun. Sementara peternakan babi domestik tidak dapat memenuhi permintaan.

Di tengah tingginya permintaan produk makanan, lahan subur di China justru menyusut lantaran banyaknya pembangunan pabrik serta pencemaran akibat aktivitas pabrik. Negara ini menjadi buah bibir karena tingginya pencemaran, seperti beras mengandung merkuri, sayuran yang terkena paparan logam dan susu bubuk terinfeksi melamin.

Solusinya, China membidik negara miskin yang belum banyak memanfaatkan lahan. Sebab rata-rata luas lahan pertanian yang digarap petani China kurang dari 1 hektare. Seperti dilansir Bloomberg, China masuk Mozambik untuk memenuhi kebutuhan gandum. Tahun lalu cadangan gandum China di atas 600 juta ton.

Selain itu, China menyewa dan membeli lahan di sejumlah negara yang dinilai memiliki pertanian berbasis teknologi seperti di Amerika Serikat yakni di Missouri. Lalu, Brasil, Kamboja, dan Australia. Revolusi hijau juga merambah rumah tangga, pemerintah menyerukan agar tanah pekarangan rumah dimanfaatkan untuk ditanam kebutuhan dapur.

Reformasi

China juga mereformasi sektor pertaniannya dengan empat pendekatan yakni kontrol pasar, efisiensi pertanian, pembatasan lahan yang berpotensi merugikan dan impor. Selain mengimbanginya dengan teknologi untuk menjaga kualitas produk.

Negara Tembok Besar menghabiskan miliaran dolar untuk investasi di sistem pengairan, benih, penggunaan robot, pengembangan peternakan dan perbaikan atas kerusakan akibat polusi.

Penggunaan pesawat tak berawak untuk menyemprotkan pupuk dan bahan kimia serta menangkal hama dan penyakit tanaman, lazim dipilih petani saat ini. Selain juga penggunaan teknologi bergerak untuk penanganan kebutuhan air, pemberian dosis pestisida yang terpantau lewat komputer.

China pun bermitra dengan banyak negara seperti Selandia Baru dan Australia untuk memproduksi keju, susu dan salmon asap. Lalu dengan perusahaan Jepang memproduksi mie bebas minyak nabati. China disebut memiliki teknologi mi instan paling maju di dunia saat ini.

Jika pemerintah China sudah sedemikian memikirkan urusan perut warganya, bagaimana dengan pemerintah Indonesia yang masih saja berkutat dengan kenaikan harga bahan pokok menjelang Ramadhan?

(Mona Tobing)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber KONTAN

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com