Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masifnya Pembayaran "Mobile" di China...

Kompas.com - 08/06/2017, 11:49 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

SHANGHAI, KOMPAS.com - Saya tengah berada di Shanghai, China untuk meliput sebuah acara teknologi terkemuka. Ini pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Negeri Tirai Bambu ini.

Kesan pertama saya di China, khususnya Shanghai, berada di mini market, ketika saya membeli susu dan cemilan, beberapa jam setelah saya mendarat.

Saat mengantri di depan kasir, beberapa orang yang saya lihat membayar dengan menunjukkan kode pada layar ponsel mereka. Saya pikir, pasti mereka membayar dengan dompet elektronik atau uang elektronik.

Nyatanya benar, di kasir tertulis bahwa mereka menerima pembayaran dengan WeChat Pay dan Alipay, beberapa dompet elektronik yang masing-masing dihadirkan oleh layanan aplikasi pesan singkat WeChat dan raksasa e-commerce Alipay.

Pemandangan yang saya dapat mengenai pembayaran mobile belum sampai di situ. Berjalan kaki di sekitar kota Shanghai, khususnya di kawasan Century Park di mana lokasi saya berada, banyak sepeda berwarna kuning, hijau, dan oranye yang terparkir di pinggir jalan.

KOMPAS.com/SAKINA RAKHMA DIAH SETIAWAN Sepeda-sepeda bike sharing terparkir di dekat stasiun kereta bawah tanah di Middle Yanggao Road, Shanghai, China, Rabu (7/6/2017).

 

Melihat dari tampilannya, ini pasti sepeda yang disediakan oleh perusahaan khusus penyedia layanan "bike sharing."

Untuk menggunakan sepeda itu, warga harus membayar dengan menggunakan metode pembayaran elektronik, khususnya mobile.

Masih banyak praktik pembayaran mobile yang saya lihat selama tiga hari ini tinggal di Shanghai. Ternyata, memang sebegini masifnya praktik pembayaran online di China, hanya diwakili satu kota besar saja.

"Pembayaran mobile di China sangat pesat, hingga 8 sampai 9 tahun lebih maju ketimbang di Eropa," kata Alfred Zhou, Managing Director GfK Consumer Choices China di GfK AG dalam sesi presentasinya pada acara CES Asia 2017 di Shanghai, Rabu (7/6/2017).

Zhou menyatakan, pesatnya praktik pembayaran mobile di China secara umum didorong oleh pesatnya e-commerce dan belanja online. Pastilah Anda tahu, tren belanja online di China sangat besar dan perkembangannya amat pesat.

Financial Times pun beberapa waktu lalu mewartakan masifnya pembayaran mobile di China. Surat kabar ekonomi tersebut menyatakan pembayaran mobile di China bahkan hampir 50 kali lebih besar dibandingkan di AS pada tahun 2016 lalu.

"Peningkatan pembayaran mobile di China digenjot oleh pertumbuhan belanja online yang eksplosif dan layanan keuangan internet seperti peer-to-peer lending dan online money market funds," tulis Financial Times.

Lalu saya mengingat kondisi yang terjadi di Indonesia. Saya rasa Indonesia sedang dalam tahap permulaan, ibarat berada di ambang pintu sebelum akhirnya masuk.

Meski belum sepesat China, namun pembayaran secara mobile di Indoneaia sudah mulai berkembang. Hanya tinggal kebiasaan masyarakat yang butuh ditingkatkan.

(Baca: ?Mobile Wallet", Dompet untuk Semua Orang)

Kompas TV Industri E-Commerce Tumbuh Berkembang di Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

IHSG dan Rupiah Berakhir di Zona Hijau

IHSG dan Rupiah Berakhir di Zona Hijau

Whats New
Luhut Ungkap Tugas dari Jokowi Jadi Koordinator Investasi Apple di IKN

Luhut Ungkap Tugas dari Jokowi Jadi Koordinator Investasi Apple di IKN

Whats New
Bandara Sam Ratulangi Ditutup Sementara akibat Erupsi Gunung Ruang, 33 Penerbangan Terdampak

Bandara Sam Ratulangi Ditutup Sementara akibat Erupsi Gunung Ruang, 33 Penerbangan Terdampak

Whats New
Akankah Relaksasi HET Beras Premium Tetap Diperpanjang?

Akankah Relaksasi HET Beras Premium Tetap Diperpanjang?

Whats New
Proyek Perluasan Stasiun Tanah Abang Mulai Dibangun Mei 2024

Proyek Perluasan Stasiun Tanah Abang Mulai Dibangun Mei 2024

Whats New
Freeport Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda di Papua, Indef Sarankan Ini

Freeport Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda di Papua, Indef Sarankan Ini

Whats New
Obligasi atau Emas, Pilih Mana?

Obligasi atau Emas, Pilih Mana?

Work Smart
Tiru India dan Thailand, Pemerintah Bakal Beri Insentif ke Apple jika Bangun Pabrik di RI

Tiru India dan Thailand, Pemerintah Bakal Beri Insentif ke Apple jika Bangun Pabrik di RI

Whats New
KB Bank Sukses Pertahankan Peringkat Nasional dari Fitch Ratings di Level AAA dengan Outlook Stabil

KB Bank Sukses Pertahankan Peringkat Nasional dari Fitch Ratings di Level AAA dengan Outlook Stabil

BrandzView
Harga Acuan Penjualan Gula Naik Jadi Rp 17.500 Per Kilogram

Harga Acuan Penjualan Gula Naik Jadi Rp 17.500 Per Kilogram

Whats New
Pertama di Asia, Hong Kong Setujui ETF Bitcoin

Pertama di Asia, Hong Kong Setujui ETF Bitcoin

Whats New
Sebanyak 109.105 Kendaraan Melintasi Tol Solo-Yogyakarta Saat Mudik Lebaran 2024

Sebanyak 109.105 Kendaraan Melintasi Tol Solo-Yogyakarta Saat Mudik Lebaran 2024

Whats New
HUT Ke-63, Bank DKI Sebut Bakal Terus Dukung Pembangunan Jakarta

HUT Ke-63, Bank DKI Sebut Bakal Terus Dukung Pembangunan Jakarta

Whats New
Daftar 17 Entitas Investasi Ilegal Baru yang Diblokir Satgas Pasti

Daftar 17 Entitas Investasi Ilegal Baru yang Diblokir Satgas Pasti

Whats New
BI Banten Distribusikan Uang Layak Edar Rp 3,88 Triliun Selama Ramadhan 2024, Pecahan Rp 2.000 Paling Diminati

BI Banten Distribusikan Uang Layak Edar Rp 3,88 Triliun Selama Ramadhan 2024, Pecahan Rp 2.000 Paling Diminati

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com