Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Garuda Indonesia Bantah Alami Kebangkrutan

Kompas.com - 12/06/2017, 06:29 WIB
Moh. Nadlir

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk Pahala N Mansury membantah keras jika perusahaan penerbangan pelat merah yang dipimpinnya akan gulung tikar. Menurut Pahala, justru mulai di kuartal II 2017 kinerja keuangan perseroan membaik. 

Hal itu dinyatakan Pahala, menjawab kekhawatiran banyak pihak melihat jebloknya kinerja keuangan Garuda Indonesia di kuartal I 2017. Dia menilai, kekhawatiran itu terlalu berlebihan. 

"Tiga bulan pertama memang ada kerugian, tapi jauh sekali kalau ada orang yang bilang tidak akan bisa beroperasional (bangkrut). Itu jauh sekali dari kondisinya," kata Pahala, yang resmi menjabat sebagai direktur utama di Garuda Indonesia pada April 2017 lalu, di kantor Kementerian Perhubungan di Jakarta, Minggu (11/6/2017).

(Baca: Pahala N Mansury Diberikan Waktu 12 Bulan Perbaiki Kinerja Garuda)

"Likuditas kami masih sangat bagus, ekuitas yang kami miliki juga masih sangat baik. Jadi dari beberapa aspek kondisi kami masih sangat bagus," lanjutnya.

Seperti diketahui, pada kuartal I 2017 Garuda Indonesia mencatatkan kerugian sebesar 98,5 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,31 triliun (kurs 13.300). Padahal pada kuartal I 2016, perseroan mencatatkan laba 1,02 juta dollar AS. 

 

Menurut Pahala, kerugian yang terjadi pada kuartal I 2017 lalu disebabkan oleh beberapa hal. Antara lain, karena kenaikan harga bahan bakar avtur.

(Baca: Pimpin Garuda, Pahala Mansury Fokus Efisiensi, Rute, dan Integrasi)

Dalam paparan kinerjanya, Garuda menyebutkan bahwa dalam setahun terakhir biaya bahan bakar perseroan naik 54 persen dari 189,8 juta dollar AS di kuartal I 2016 menjadi 292,3 juta dollar AS di kuartal I 2017 akibat kenaikan harga avtur. 

Kenaikan biaya bahan bakar tersebut secara signifikan membuat total biaya operasional meningkat 21,3 persen dari 840,1 juta dollar AS di kuartal I 2016 menjadi 1,01 miliar dollar AS di kuartal I 2017, atau mencapai 20-30 persen dari biaya operasional.

Di sisi lain, penerimaan pendapatan yang naik 6,2 persen dari 856 juta dollar AS di kuartal I 2016 menjadi 909,5 juta dollar AS di kuartal I 2017, tidak mampu mengkompensasi tingginya biaya bahan bakar.

 

Kemudian, perseroan juga menangguk rugi karena sedikitnya jumlah penumpang yang diangkut. Hal ini sejalan dengan siklus tahunan sepinya penumpang di kuartal I. 

Pahala mencatat, ada beberapa rute penerbangan baik domestik maupun mancanegara mengalami kerugian akibat sedikitnya jumlah penumpang. Setidaknya ada 10-20 rute dalam daftar yang tengah dikaji oleh pihak maskapai mengenai keberlanjutannya.

Andalkan Mudik Lebaran

 

Pahala mengatakan, di kuartal II 2017 mulai ada perkembangan operasional positif. Perseroan melakukan efisiensi bahan bakar dan operasional. Perseroan fokus mengejar kenaikan jumlah penumpang di kuartal II 2017. 

Halaman Berikutnya
Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com