Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konsumsi Batu Bara Dunia Sentuh Rekor Terendah

Kompas.com - 14/06/2017, 13:03 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

LONDON, KOMPAS.com - Produksi dan konsumsi batu bara dunia menyentuh rekor terendah pada tahun 2016. Hal ini berdasarkan tinjauan tahunan yang dilakukan BP Plc terkait tren energi dunia.

Mengutip Bloomberg, Rabu (14/6/2017), China, konsumen energi terbesar dunia, mengonsumsi batu bara dengan jumlah terendah dalam 6 tahun.

Batu bara adalah bahan bakar yang paling banyak menghasilkan polusi namun pernah menjadi sumber energi dengan pertumbuhan terpesat di dunia.

Konsumsi batu bara merosot sejalan dengan komitmen perusahaan-perusahaan energi terbesar dunia untuk mempromosikan gas alam yang lebih ramah lingkungan. Selain itu, ekonomi China pun kini mulai bergeser dari manufaktur ke jasa, serta menggunakan energi terbarukan seperti tenaga bayu dan surya.

Penurunan penggunaan batu bara pun disebabkan persaingan dengan gas serpih yang cenderung murah. Ini juga terkait dengan komitmen Kesepakatan Paris terkait perubahan iklim.

Permintaan AS akan batu bara turun 33,4 juta ton ekuivalen minyak pada tahun 2016 menjadi 358,4 juta. Menurut data BP, ini adalah penurunan terbesar di dunia secara absolut. Adapun konsumsi batu bara global turun 1,7 persen pada tahun lalu. Ini dibandingkan dengan peningkatan rata-rata sebesar 1,9 persen dalam kurun waktu 2005 sampai 2015.

China, yang menyumbang separuh konsumsi batu bara dunia, mencatat penurunan konsumsi sebesar 1,6 persen pada tahun 2016. Sebelumnya selama 11 tahun terakhir, konsumsi batu bara China rata-rata naik 3,7 persen per tahun.

Konsumsi batu bara juga merosot di hampir semua benua kecuali Afrika, menurut BP. Jerman, konsumen batu bara terbesar Eropa, mencatat penurunan konsumsi sebesar 4,3 persen tahun lalu. Permintaan batu bara Inggris bahkan anjlok 52,5 persen.

Ini adalah persentase penurunan terbesar di antara negara-negara utama dunia. Akan tetapi, penurunan konsumsi batu bara yang terjadi di China diimbangi dengan peningkatan konsumsi di India dan Indonesia.

Di dua negara itu, harga batu bara relatif murah dan pasokannya pun terjamin, sehingga batu bara lebih dipilih ketimbang gas alam.

"Konsumsi energi China tertekan oleh pergeseran menuju jalur pertumbuhan yang lebih berkelanjutan dan pesatnya ekspansi energi terbarukan, yang menjadi masalah bagi batu bara dalam beberapa tahun ke depan," ujar Jonathan Marshall, analis dari Energy and Climate Intelligence Unit di London. 

(Baca: Indonesia-Afsel Jajaki Kerja Sama Bangun KA Batubara di Kalimantan)

Kompas TV Kapal Pembawa Batubara Sundul Jembatan Ampera

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com