Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puji Kebijakan Ekonomi Hitler, Bank Sentral Jepang Minta Maaf

Kompas.com - 01/07/2017, 10:24 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

TOKYO, KOMPAS.com - Bank sentral Jepang (BoJ) menerbitkan pernyataan maaf yang langka terjadi pafa Jumat (30/6/2017) waktu setempat. Pasalnya, salah satu anggota dewan pimpinan BoJ sempat memuji kebijakan ekonomi pemimpin Nazi Adolf Hitler.

Mengutip CNBC, Sabtu (1/7/2017), Yutaka Harada yang merupakan anggota dewan pimpinan BoJ dalam sebuah seminar menyatakan bahwa kebijakan-kebijakan ekonomi Hitler "pas untuk dilakukan" dan "luar biasa."

Namun dengan kebijakannya pula diktator Nazi tersebut melakukan hal yang mengerikan di dunia.

"Bank of Japan memandang dengan penuh penyesalan terkait fakta bahwa pernyataan dari salah satu anggota dewan pimpinan telah menjadi sumber kesalahpahaman, dan berjanji insiden semacam itu tidak akan terulang kembali," tulis BoJ dalam pernyataannya.

Harada adalah salah satu anggota dewan pimpinan BoJ yang berjumlah sembilan orang. Dalam seminar itu, Harada menyebut para pembuat kebijakan Barat membantu Hitler untuk memperoleh kekuatan dengan cara lambat dalam mengaplikasikan proposal ekonom John Maynad Keynes untuk melawan Depresi Besar.

Menurut Harada, ia hanya mencoba untuk menunjukkam pentingnya mengaplikasikan ekonomi yang sesuai sejak tahap awal.

"Saya tidak bermaksud sama sekali untuk menjustifikasi kebijakan ekonomi Hitler. Saya dengan jelas menyatakan dalam pidato saya terkait tagedi yang terjadi karena kebijakan Hitler. Saya memohon maaf sebesar-besarnya atas kesalahpahaman terkait pilihan kata saya," tutur Harada, seperti dikutip oleh BoJ.

Para figur publik di Jepang, menjadi salah satu Kekuatan Aksis Perang Dunia II sslain Jerman dan Italia, kerap menimbulkan kontroversi lewat komentar mengenai suatu aspek dalam rezim Nazi.

Namun, pafa saat yang sama, gerakan neo-Nazi atau pengelakan Holocaust relatif tak dikenal di Jepang. Deputi Perdana Menteri Jepang Taro Aso, misalnya, pernah menuai kritik dari kelompok pembela hak Yahudi di AS karena komentarnya pada tahun 2013 silam.

Saat itu, pernyataan Aso diinterpretasikan sebagai pujian atas rezim Nazi Jerman. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com