Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPPU Prediksi H+10 Lebaran, Harga Pangan Kembali Normal

Kompas.com - 03/07/2017, 21:00 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Syarkawi Rauf memprediksi harga pangan akan berangsur turun pada 10 hari usai Lebaran atau H+10.

Menurutnya, harga pangan kembali normal seiring dengan kembalinya aktivitas jual beli para pedagang pasar seperti semula.

"Kalau sebelum-sebelumnya kan memang penjualnya pun pulang kampung. Nah kalo sekarang ini kan semuanya sudah balik, jadi enggak ada masalah," kata Syarkawi kepada wartawan di kantor Kementan, Jakarta, Senin (3/7/2017).

Syarkawi menjelaskan, pertemuan dirinya dengan Menteri Pertanian (Mentan) pada hari ini guna membahas evaluasi harga pangan periode Ramadhan hingga Lebaran 2017. "Evaluasi supaya pengawasan bisa intensif," kata Syarkawi.

Menurutnya, pola pengawasan baik harga pangan maupun praktik kartel pangan perlu diteruskan untuk jangka panjang tidak hanya semata-mata saat Ramadhan hingga Lebaran saja.

"Hasilnya, perlu dipertahankan koordinasi sudah jalan sangat baik, tinggal bangun sistem sambil jalan supaya bisa jangka panjang enggak hanya keperluan Ramadhan tapi sepanjng tahun," paparnya.

Syarkawi menegaskan, pemerintah harus tetap mengawasi harga pangan utamanya komoditas strategis agar bisa berpengaruh menekan angka inflasi setiap tahunnya.

"Tetap fokus ke komoditas strategis. Terakhir, sesuai arahan Presiden koordinasi diperbaiki supaya harga lebih rendah dan supaya bisa berkontribusi rendahkan inflasi," jelasnya.

Sementara itu, Kepala Satgas pangan Irjen Pol Setyo Wasisto mengungkapkan, berdasarkan instruksi Kapolri Jenderal Tito Karnavian telah menetapkan Satgas pangan teus dipertahankan.

"Tadi Pak Kapolri pastikan (Satgas pangan) berlanjut, kami masih berjalan, dan seterusnya," ujar Setyo.

Setyo menambahkan, selama ini Satgas pangan telah menemukan 98 kasus yang berkaitan dengan komoditas pangan.

Kemudian ada 106 kasus diluar komoditas pangan seperti oplosan gas bersubsidi, pembuatan gula merah dengan bahan berbahaya. "Sampai hari ini ada laporan, seluruhnya total ada 206 kasus," ujar Setyo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com