Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Bikin Trump Iri

Kompas.com - 10/07/2017, 12:00 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Hamburg, Jerman telah selesai sejak Sabtu (8/7/2017) waktu setempat.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) hadir dalam pertemuan tersebut, bersama 19 pemimpin negara dengan penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar lainnya di dunia.

Selama penyelenggaraan KTT G20 tersebut, Jokowi mengadakan pertemuan bilateral dengan beberapa pemimpin dunia lainnya.

Topik yang dibahas antara lain kemungkinan dan kesepakatan kerja sama di berbagai bidang, termasuk di bidang ekonomi.

Salah satu pemimpin yang bertemu dengan Jokowi adalah Presiden AS Donald Trump. Dalam kesempatan tersebut, Trump mengungkapkan rasa irinya kepada Indonesia, apa sebab?

(Baca: Trump Ingin Banyak Kerja Sama Perdagangan AS-Indonesia)

 

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menuturkan, adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang membuat Trump Iri.

Sekadar informasi, pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal I 2017 hanya mencapai 1,4 persen. Trump sendiri menargetkan pertumbuhan ekonomi AS dapat mencapai 3 persen ke atas.

Namun, atas berbagai pertimbangan, beberapa di antaranya adalah inflasi, serapan tenaga kerja, dan produktivitas industri, kalangan ekonom memandang pertumbuhan ekonomi sebesar 2 persen adalah angka realistis bagi AS.

"Indonesia dianggap sebagai negara yang performing well (berkinerja baik). Tadi Presiden Trump mengatakan, 'wow 5 persen, kita envy (iri)'," ujar Sri dalam konferensi pers di Hamburg seperti dilansir dari laman Sekretariat Kabinet RI, Senin (10/7/2017).

Sri menjelaskan, bergabungnya Indonesia dalam keanggotaan G20 bukan tanpa manfaat.

Salah satu manfaat yang dapat diperoleh, imbuh dia, adalah mengukur posisi Indonesia di antara negara-negara lainnya dalam kancah perekonomian dunia.

Pengukuran itu didasarkan kepada beberapa indikator perekonomian. (Baca: Sri Mulyani Ungkap Kabar Gembira dari KTT G20 di Hamburg)

Sri menyebut, beberapa indikator tersebut antara lain posisi makroekonomi, pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan sebagainya.

Menurut Sri Mulyani, dari sisi kalau dibanding-bandingkan apakah yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dibandingkan negara lain katakanlah posisi makroekonomi.

Kemudian posisi pertumbuhan ekonomi, inflasi, inflasi, perdagangan internasional, nilai tukar, kesempatan kerja,

"Itu semuanya bisa menggambarkan apakah Indonesia ada di level mana," ungkap Sri.

Kompas TV Presiden Joko Widodo menggelar pertemuan bilateral dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di sela Konferensi Tingkat Tinggi G-20.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Whats New
Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Whats New
Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Whats New
Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Spend Smart
Penukaran Uang, BI Pastikan Masyarakat Terima Uang Baru dan Layak Edar

Penukaran Uang, BI Pastikan Masyarakat Terima Uang Baru dan Layak Edar

Whats New
Cara Cek Tarif Tol secara Online Lewat Google Maps

Cara Cek Tarif Tol secara Online Lewat Google Maps

Work Smart
PT SMI Sebut Ada 6 Investor Akan Masuk ke IKN, Bakal Bangun Perumahan

PT SMI Sebut Ada 6 Investor Akan Masuk ke IKN, Bakal Bangun Perumahan

Whats New
Long Weekend, KAI Tambah 49 Perjalanan Kereta Api pada 28-31 Maret

Long Weekend, KAI Tambah 49 Perjalanan Kereta Api pada 28-31 Maret

Whats New
Ini Sejumlah Faktor di Indonesia yang Mendorong CCS Jadi Peluang Bisnis Baru Masa Depan

Ini Sejumlah Faktor di Indonesia yang Mendorong CCS Jadi Peluang Bisnis Baru Masa Depan

Whats New
ITMG Bakal Tebar Dividen Rp 5,1 Triliun dari Laba Bersih 2023

ITMG Bakal Tebar Dividen Rp 5,1 Triliun dari Laba Bersih 2023

Whats New
Kemenaker Siapkan Aturan Pekerja Berstatus Kemitraan, Ini Tanggapan InDrive

Kemenaker Siapkan Aturan Pekerja Berstatus Kemitraan, Ini Tanggapan InDrive

Whats New
Kaum Mumpung-mumpung, Maksimalkan Penawaran Terbaik Lazada untuk Belanja Aneka Kebutuhan Ramadhan

Kaum Mumpung-mumpung, Maksimalkan Penawaran Terbaik Lazada untuk Belanja Aneka Kebutuhan Ramadhan

BrandzView
Musim Hujan, Petani Harus Waspadai Serangan Hama

Musim Hujan, Petani Harus Waspadai Serangan Hama

Whats New
Contoh Surat Perjanjian Utang Piutang di Atas Materai yang Benar

Contoh Surat Perjanjian Utang Piutang di Atas Materai yang Benar

Whats New
Pemerintah Belum Berencana Revisi Permendag soal Pengaturan Impor

Pemerintah Belum Berencana Revisi Permendag soal Pengaturan Impor

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com