Dengan menjangkarkannya pada misi pelayanan bagi kelompok marginal membuat CU terbuka bagi semua orang, lebih-lebih pada kelompok yang left behind.
Model kelembagaan ini yang boleh jadi berbeda dengan koperasi-koperasi lain yang cenderung beroperasi di kelompok tertentu saja. Hasilnya alih-alih mewujudkan pemerataan, koperasi semacam itu justru menjadi modus konsentrasi kekayaan segelintir atau kelompok orang.
Maklumat ICA agar koperasi memastikan kelompok-kelompok marginal terlayani dengan baik bisa menjadi jangkar spiritualitas baru di tengah kondisi sosio-ekonomi yang penuh turbulensi.
Maklumat itu semacam pengingat (reminding) dan memanggil ulang (recalling), agar koperasi kembali pada jati dirinya. Wujud konkretnya adalah bertambahnya statistik anggota koperasi khususnya dari kelompok marginal. Itulah sejatinya kinerja sosial koperasi sebagai sebuah perusahaan kolektif.
Aksi no one left behind
Bertemu di tapal batas no one left behind, seluruh koperasi harus melakukan aksi yang sama. Koperasi-koperasi mapan, seperti KSP, KPRI, Kopkar dan lainnya, perlu merestrukturisasi kelembagaannya agar terbuka bagi semua orang.
Masih banyak orang yang belum menerima layanan koperasi yang mana hal itu bisa dibaca sebagai perluasan "segmen pasar" baru. Di sisi lain, bisa dibaca sebagai upaya mempertinggi kinerja sosialnya.
Hasilnya, koperasi-koperasi itu akan memperoleh skala dari sisi permintaan dan penawaran. Demikian pula dari sisi sosial dan ekonomi.
Tentu saja, anggota-anggotanya perlu dididik dan disadarkan tentang misi sosial koperasi yang par excellence. Sehingga, penambahan anggota tidak dibaca secara negatif sebagai bertambahnya angka pembagi kue sisa hasil usaha, tetapi sebaliknya.
Dalam tahun-tahun mendatang, spirit itu harusnya bisa membuat statistik anggota koperasi meningkat. Sekat dan kepentingan sempit kelompokisme bisa berkurang dan secara umum koperasi menampilkan dirinya sebagai organisasi ekonomi sosial yang humanis. Tentu tidak mudah, namun bisa diupayakan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.