Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peraih Nobel: Perang Irak Pengaruhi Pelambatan Ekonomi AS

Kompas.com - 03/03/2008, 06:59 WIB

 NEW YORK,MINGGU -  Pemenang Nobel Ekonomi, Joseph Stiglitz menyatakan,  perang Irak memberikan kontribusi terhadap pelambatan ekonomi Amerika  Serikat. Perang Irak juga menghambat pemulihan ekonomi negara adidaya  tersebut.  Hal itu disampaikan Stiglitz dan rekannnya, Linda Bilmes dalam buku mereka, "The Three Trillion Dollar War", yang akan diluncurkan Senin (3/3) ini.

Perang yang hampir 5 tahun ini, pernah disebut-sebut dibiayai sendiri  oleh Irak melalui peningkatan ekspor minyaknya, ternyata telah menguras  kantong Uncle Sam secara langsung sebesar 845 miliar dollar AS. "Pernah  ada gagasan bahwa perang itu baik untuk ekonomi. Namun Tidak ada  ekonom yang percaya akan hal itu lagi," sebut Stiglitz seperti dikutip  Reuters.

Stiglitz dan Blimes menyebutkan, melalui perhitungan ultrakonservatif, sesungguhnya perang Irak menelan biaya 3 triliun dollar AS dan bahkan  bisa melebihi biaya yang telah dikeluarkan untuk Perang Dunia II setelah disesuaikan dengan inflasi, yang diperkirakan mencapai 5 triliun dollar AS.

Biaya langsung diluar bunga dari utang untuk mendanai perang yang terus  meningkat, adalah biaya kesehatan untuk para veteran yang telah pulang  dan mengganti peralatan yang hancur dan rusak selama perang. Di dalam buku diperinci lagi, sebagai tambahan, masih ada ongkos-ongkos yang tidak dihitung dalam anggaran, seperti kenaikan harga minyak  serta biaya sosial dan makorekonomi.

Stiglitz dan Blimes dalam bukunya mengilustrasikan, bahwa anggaran  tahunan AS untuk riset autis sebesar 108 juta, dihamburkan begitu saja  dalam empat jam di Irak. Sedang 1 triliun dollar AS bisa digunakan untuk
 memperoleh 15 juta tambahan guru sekolah negeri selama setahun atau untuk beasiswa 43 juta pelajar selama 4 tahun di universitas negeri.

Saat ditanya apakah perang Irak mempengaruhi pelambanan ekonomi AS,  Stiglitz mengatakan, "Amat sangat.""
Menurutnya, peran juga telah mengubah bagaimana AS bereaksi menghadapi  kesulitan ekonomi. "Saat lembaga finansial AS bermasalah, mereka pergi  mencari dana ke Timur Tengah, untuk rekapitalisasi, untuk mencari
 talangan," katanya.

"Alasannya sangat jelas. Perang menyebabkan membumbungnya harga minyak dunia. Perang juga membuat Amerika harus meminjam lebih banyak uang.  Tidak ada lagi sumber dana yang likuid di AS. Sumber dana yang likuid ada di Timur Tengah," sebutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Whats New
BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Whats New
May Day 2024, Pengemudi Ojek Online Tuntut Status Jadi Pekerja Tetap

May Day 2024, Pengemudi Ojek Online Tuntut Status Jadi Pekerja Tetap

Whats New
BTN Imbau Masyarakat Tak Tergiur Penawaran Bunga Tinggi

BTN Imbau Masyarakat Tak Tergiur Penawaran Bunga Tinggi

Whats New
ADRO Raih Laba Bersih Rp 6,09 Triliun pada Kuartal I 2024

ADRO Raih Laba Bersih Rp 6,09 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Elnusa Bukukan Laba Bersih Rp 183 Miliar di Kuartal I-2024

Elnusa Bukukan Laba Bersih Rp 183 Miliar di Kuartal I-2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com