Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suzuki Ganti Nama Perusahaan dan Pimpinan di Indonesia

Kompas.com - 15/02/2009, 16:08 WIB

JAKARTA, MINGGU — Pemegang merek mobil Suzuki mengganti nama dan pimpinan perusahaan di Indonesia. Nama PT Indomobil Suzuki Intenasional (ISI) diganti menjadi PT Suzuki Indomobil Motor (SIM) dan kini dipimpin Yoshiji Terada menggantikan Soebronto Laras yang memasuki masa pensiun pada akhir tahun lalu.

Pada keterangan persnya di Jakarta, Minggu (15/2), Yoshiji Terada menjelaskan, pergantian nama perusahaan tersebut merupakan upaya Suzuki untuk lebih meningkatkan citra merek di Indonesia. Perubahan nama ini diharapkan mampu mendongkrak penjualan baik untuk mobil maupun sepeda motor di tengah pasar otomotif nasional yang diperkirakan turun tahun ini.

Selain mengganti nama ISI menjadi SIM sebagai perusahaan perakitan mobil Suzuki, pihaknya juga mengganti nama perusahaan distributor Suzuki dari PT Indomobil Niaga International (IMNI) menjadi PT Suzuki Indomobil Sales (SIS).

"Pergantian nama tersebut masih dalam proses legalisasi di Departemen Hukum dan HAM," ujar Terada yang kini menduduki jabatan Dirut ISI. Ia mengharapkan proses pada Lembaran Negara di Departemen Hukum dan HAM itu pada April 2009 sudah selesai.

Terada menjelaskan, sebenarnya sejak tahun 2002 Suzuki Motor Corporation telah menguasai saham ISI dengan membeli 41 persen saham mitra lokalnya PT Indomobil Sukses Internasional sehingga prinsipal Jepang menguasai 90 persen saham ISI. Dalam kontak jual beli saham saat itu, PT Indomobil Sukses Internasional mendapat opsi untuk membeli balik (buy back) saham tersebut sampai akhir 2007. Namun opsi itu tidak mampu dimanfaatkan.

"Kenyataannya tidak mudah membeli kembali saham tersebut, dalam kondisi harga yang sudah meningkat saat itu," ujar Soebronto Laras ketika dikonfirmasi. Akibatnya, kata Soebronto, opsi buy back tersebut hangus dan Suzuki menguasai saham ISI.

Kendati Suzuki menguasai saham ISI sejak 2008, Soebronto Laras saat itu tetap menjabat sebagai Dirut ISI. "Saya mendapat kepercayaan dari pihak Jepang untuk terus memimpin ISI karena sudah membangun perusahaan itu dari kecil dan berkecimpung di situ lebih dari 30 tahun," ujarnya.

Menurut Soebronto, dirinya diganti karena oleh Terada bukan karena dominasi penguasaan saham Suzuki pada ISI. Namun, sejak Oktober 2008, ia telah berusia 65 tahun yang mengharuskannya pensiun dari perusahaan itu. Hal senada dikemukakan Terada yang mengatakan pensiun pada usia 65 tahun merupakan kebijakan Suzuki yang berlaku pada seluruh perusahaan Suzuki di dunia.

"Saya sekarang menjadi penasihat khusus untuk Bos Suzuki di Jepang, dan tidak turut campur lagi dalam kebijakan perusahaan Suzuki di Indonesia," ujar Soebronto yang sampai saat ini masih menjadi Komisaris Utama Grup Indomobil.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com