Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menguak Celah Pasar Bisnis Cemilan Sehat

Kompas.com - 15/04/2009, 08:27 WIB

KOMPAS.com- Kebanyakan cemilan mengandung pengawet dan penyedap rasa yang bisa membahayakan kesehatan. Bagi Andriani Kurnia, seorang ibu rumah tangga di Bandung, hal itu justru menjadi peluang bisnis. Dia pun membuat cemilan dengan mencampurkan sayuran tanpa pengawet.

Salah satu tabiat anak yang kerap membuat orang tua jengkel adalah keengganan anak mengonsumsi sayur. Padahal, sayur mayur mengandung banyak vitamin yang dibutuhkan tubuh. Tak jarang, agar sang anak mau makan sayur, orang tua menakut-nakuti atau malah mengiming -imingi anak dengan sesuatu.

Kesulitan menyuruh anak mengonsumsi sayur juga pernah dialami Andriani Kurnia, ibu rumah tangga asal Sukamiskin, Bandung.

Tak mau mengancam atau mengiming-imingi anak terus menerus, Andriani pun putar otak. Dia pun memanfaatkan kemampuannya membikin kue kering untuk mendorong anaknya menikmati sayur mayur. "Saya coba-coba mencampurkan sayuran ke dalam adonan kue kering," katanya.

Merasa cara dan strateginya berguna, Andriani mencoba membuat kue campur sayuran untuk dijual ke pasar. Tak dinyana, pasar menyambut hangat. Maka sejak Oktober 20081alu, Andriani pun resmi masuk ke bisnis camilan sehat.

Modal awalnya Rp 500.000 yang dia pakai membeli tepung terigu, mentega, keju, telur, dan sayuran. "Saya masih pakai teknologi sederhana, kok," ucap perempuan 32 tahun ini.

Andriani membuat cheese stick. Cara membuatnya sama dengan cheese stick biasa. Hanya saja di tengah tengah proses pengolahan, dia mencampurkan sayuran yang sudah dihaluskan. "Kandungan sayur dalam adonan 40 persen," ungkapnya.

Sejauh ini, Andriani telah menghasilkan enam pilihan rasa sayur, yakni brokoli, seledri, bayam, bit, jagung, dan wortel. Plus satu rasa lagi yang tanpa sayuran, yalumi original cheese.

Andriani mengemas semua varian camilannya dalam plastik mika. Asal wadah itu tak terbuka lama, ia mengklaim kue tanpa pengawet buatannya tahan tiga bulan.

Andriani membuat dua kemasan, yakni kemasan 1 ons dengan harga Rp 3.000-Rp 3.500, dan kemasan 2,5 ons (seperempat kilogram) dengan harga Rp 10.000. la juga menjual camilan dalam bentuk curah. "Harga curahnya Rp 40.000 per kilo," kata isteri Dikdo Maruto ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com